Kuala Lumpur, 11 Syawwal 1437/16 Juli 2016 (MINA) – Ormas Islam Malaysia yang tergabung dalam Majlis Perundingan Pertubuhan Islam Malaysia (MAPIM) dan Sekretariat Himpunan Ulama Rantau Asia (SHURA) memuji langkah Pemerintah Myanmar yang menindak tegas organisasi radikal Buddha yang dikenal dengan nama Ma Ba Tha yang digawangi biksu ekstrem Wirathu.
Langkah Pemerintah Myanmar itu menyusul kekerasan dan pembakaran dua masjid yang mengakibatnya masyarakat Muslim mengungsi untuk menyelamatkan diri baru-baru ini.
“Kami memuji dan menyambut langkah berani pemerintah Myanmar yang telah memutuskan untuk menindak tegas sebuah kelompok Budha radikal nasionalis, yang bertujuan untuk mengekang ketegangan etnis dan agama,” kata Presiden MAPIM, Dr Cikgu Mohd Azmi Bin Abdul Hamid sebagaimana keterangan pers yang diterima Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Sabtu.
Salah satu deklarator Aliansi Media Muslim Internasional (International Muslim Media Alliance – IMMA) itu mengatakan seharus pernyataan diambil dari pemenang Hadiah Nobel Perdamaian dan pemimpin pemerintah Aung San Suu Kyi itu dapat membatasi pelaku serangan yang ditujukan pada minoritas Muslim.
Baca Juga: Kota New Delhi Diselimuti Asap Beracun, Sekolah Diliburkan
“Pemerintah harus berdiri teguh untuk menindak tegas kelompok ini, untuk menghentikan pelanggaran hukum melalui penyebaran pidato kebencian dan menghasut kekerasan,” tegas Cikgu Azmi.
Dia menyatakan SHURA dan MAPIM memperhatikan bahwa pemerintah telah meluncurkan sebuah gugus tugas untuk mencegah protes kekerasan sebagai bagian dari dorongan yang lebih luas untuk menghentikan kekerasan agama.
Ketegangan agama telah terjadi di negara mayoritas Buddha itu selama hampir setengah abad sejak pemerintahan junta militer. Tahun 2012 lalu terjadi konflik berdarah yang melibatkan Rohingya dan umat Buddha Rakhine.
Ribuan warga Rohingya yang merupakan kelompok marjinal yang terdiskriminasi di Myanmar kabur mengungsi. Etnis yang disebut PBB sebagai yang “paling teraniaya di dunia” ini tidak diakui kewarganegaraannya oleh pemerintah Myanmar kendati telah tinggal beberapa generasi di negara itu.
Baca Juga: Ratusan Ribu Orang Mengungsi saat Topan Super Man-yi Menuju Filipina
Saat ini ada 125 ribu Muslim Rohingya yang masih mengungsi di kamp bagian barat negara itu.
Kekerasan antara warga Muslim dan Buddha juga terjadi di beberapa wilayah pada tahun 2013 dan 2014.
Pada Juni tahun ini, ratusan orang menghancurkan sebuah masjid dan melukai seorang warga Muslim di wilayah tengah Myanmar setelah cekcok masalah pembangunan pesantren.
Dalam peristiwa terpisah awal Juli lalu di bagian utara Myanmar, sekitar 500 warga Buddha membakar sebuah masjid. Polisi menahan lima orang terkait peristiwa ini.
Baca Juga: Filipina Kembali Dihantam Badai
Cikgu Azmi menegaskan bahwa SHURA dan MAPIM menuntut agar pemerintah Myanmar menyelidiki dan meminta pertanggungjawaban mereka yang telah menghasut kekerasan.
“Pemerintah harus menghentikan kelompok menggunakan pidato kebencian dan kekerasan inspirasi terhadap umat Islam,” tegasnya.
Sementara badan keagamaan Buddha di Myanmar, Komisi Negara Sangha Maha Nayaka, dalam pernyataannya pekan ini mengatakan sama sekali tidak mendukung dan mengecam tindakan kekerasan anti-Islam yang dilakukan Ma Ba Tha.
Kelompok ini bertanggung jawab atas sentimen antiMuslim yang menghasilkan kekerasan terhadap kelompok minoritas di Myanmar.
Baca Juga: Iran, Rusia, Turkiye Kutuk Kekejaman Israel di Palestina dan Lebanon
Ma Ba Tha yang dibentuk tiga tahun lalu mengklaim bahwa mereka berdiri di bawah aturan yang ditetapkan oleh Sangha Maha Nayara. Hal itu dibantah Sangha melalui pernyataan yang disampaikan pada Selasa, 13 Juli 2016. (L/R05/R03)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Lanjutkan Kunjungan Kenegaraan, Presiden Prabowo Bertolak ke AS