Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Palestina Bersepeda” di Tepi Barat untuk Perjuangan dan Kesehatan

Ali Farkhan Tsani - Ahad, 4 November 2018 - 05:14 WIB

Ahad, 4 November 2018 - 05:14 WIB

6 Views

 

Sejumlah warga di Tepi Baratmengaktifkan gerakan yang mereka sebut sebagai Palestina Bersepeda.

Sohaib Samara (30 th), salah satu penggerak komunitas mengatakan, kegiatan itu sebagai salah satu cara untuk menjadi sehat, sekaligus kampanye kebebasan warga.

Seperti disebutkan Middleeast Monitor (MEMO), Sabtu (3/11), komunitas sepeda telah melakukan perjalanan melintasi Tepi Barat dan mengunjungi ratusan desa-desa.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-25] Tentang Bersedekah Tidak Mesti dengan Harta

“Saya memulai tahun 2015, saat saya sedang bekerja dan saya harus naik tangga ke sebuah apartemen di lantai enam. Saya juga termasuk perokok shisha pada saat itu, dan setibanya di sana merasa mudah lelah,” ujarnya.

Ia merasakan tidak sehat untuk seseorang di usia dua puluhan.

“Jadi saya memutuskan untuk mencoba mendapatkan sepeda untuk berolahraga,” lanjutnya.

Setelah satu tahun bersepeda sendirian di Tepi Barat, Sohaib, memulai sebuah kelompok bersepeda dengan mengajak teman-temannya.

Baca Juga: Tafsir Surat Al-Fatihah: Makna dan Keutamaannya bagi Kehidupan Sehari-Hari

“Bersepeda Palestina adalah untuk memungkinkan orang lain melihat Palestina seperti yang saya lihat,” kata Sohaib.

Dalam dua tahun sejak kelompok itu didirikan, pria dan wanita muda telah mengunjungi hampir setiap komunitas Tepi Barat.

Pada paruh pertama tahun 2018 saja, kelompok Sohaib mengunjungi 135 desa Tepi Barat dengan lebih dari 1.000 peserta mengikuti tur ini. Namun, itu tidak selalu mudah.

Di masa awal itu melihat orang-orang bersepeda di jalanan tidak umum di Palestina. Ketika dia pertama kali memulai bersepeda, Sohaib menghadapi banyak kritik, tetapi sekarang dia yakin segalanya telah berubah.

Baca Juga: Sejarah Al-Aqsa, Pusat Perjuangan dari Zaman ke Zaman

“Saya ingin menyebarkan budaya bersepeda ke sebanyak mungkin orang,” Sohaib menjelaskan.

Anak-anak perempuan, khususnya, menghadapi banyak kritik, karena secara sosial tidak dapat diterima bagi anak perempuan untuk bersepeda, tetapi hal ini telah berubah.

“Saat ini orang-orang menghubungi kami untuk bertanya tentang tur yang akan datang dan mereka menantikan untuk mengetahui tentang kegiatan kami,” lanjutnya.

Menurutnya, setelah mengikuti tur sepeda di negara-negara Arab lainnya, Sohaib menjelaskan bahwa masalah utamanya bukanlah pada budaya, melainkan penjajahan Israel.

Baca Juga: Bebaskan Masjidil Aqsa dengan Berjama’ah

“Saya bersepeda ratusan kilometer di Tunisia tanpa dihentikan atau ditanyai oleh siapa pun. Namun, bergerak di sekitar Tepi Barat yang diduduki, tidak mungkin Anda akan pergi lebih jauh dari sepuluh kilometer tanpa pos pemeriksaan Israel,” kata Sohaib.

Namun, terlepas dari kenyataan bahwa pos-pos pemeriksaan Israel telah berulang kali merusak tur mereka selama dua tahun terakhir. Palestina Bersepeda ingin terus berjalan.

Sohaib memberitahu kami tentang insiden dalam sebuah tur dari Ramallah ke desa Abud, sekitar 20 kilometer barat laut Ramallah. Mereka berhenti di desa Nabi Saleh untuk istirahat.

Saat akan melanjutkan rute mereka, mereka sempat dihentikan oleh sekitar 20 kendaraan pasukan pendudukan Israel yang memblokir jalan.

Baca Juga: Tak Perlu Khawatir Tentang Urusan Dunia

“Mereka menginterogasi kami selama satu jam sebelum mengizinkan kami melanjutkan,” tambahnya.

Tur Sepeda Perjuangan

Menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), ada 572 rintangan bagi gerakan Palestina yang dikenakan oleh Israel di Tepi Barat.

Penutupan adalah bagian dari setiap tur untuk Sohaib dan kelompoknya, tetapi mereka tidak berhenti putus asa.

Baca Juga: Keutamaan Al-Aqsa dalam Islam, Sebuah Tinjauan Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis

“Tidak ada gunanya merasa kesal tentang hal itu. Bahkan jika ada banyak pos pemeriksaan di sekitar kita, kita akan menantang mereka dan menyeberang,” imbuhnya.

Jika pasukan pendudukan menghadangnya, selalu ada rute alternatif untuk dijelajahi, lanjutnya.

Ketika kelompok itu semakin besar, mereka mengatur rute yang lebih panjang.

Tahun lalu, berkaitan dengan KTT Liga Arab, mereka memutuskan untuk menarik perhatian pada kebebasan bergerak terbatas Palestina.

Baca Juga: Selamatkan Palestina sebagai Tanggung Jawab Kemanusiaan Global

Sekelompok dua wanita dan delapan pria bersepeda dari Palestina ke Yordania, tempat KTT berlangsung, dan menamakannya sebagai “The Freedom Tour”. Sohaib bercerita tentang pengalamannya.

Rute tersebut sejauh 455 kilometer, dimulai di depan pos pemeriksaan Qalandia menuju Al-Aqaba. Mereka butuh empat hari untuk menyelesaikannya.

“Kami harus menyeberangi Jembatan Allenby untuk pergi ke Yordania, perlintasan sepanjang tiga kilometer yang membawa kami lebih dari tiga jam,” kenangnya.

Seperti warga Palestina lainnya yang perlu melakukan perjalanan dari Tepi Barat ke Yordania, “Kami harus melintasi titik perbatasan yang dikontrol Palestina, Israel, dan kemudian Yordania.”

Baca Juga: [Hadits Al-Arbain ke-24] Tentang Haramnya Berbuat Zalim

Perjalanan mereka adalah ilustrasi kehidupan di bawah penjajahan, dengan adanya pembatasan gerakan yang dikenakan oleh penjajahan Israel terhadap kehidupan setiap orang Palestina.

Dalam tur baru-baru ini mereka bersepeda di sepanjang Tembok Pemisah, dengan 70 pesepeda mengikuti rute 770 kilometer selama lima hari di sepanjang Tepi Barat.

Bergerak di sekitar Palestina bukan hanya olahraga untuk komunitas group ini. Bagi mereka, ini perjuangan tentang membuat pernyataan bahwa tanah itu milik mereka.

“Bersepeda kami adalah bentuk perlawanan,” kata Sohaib, menambahkan: “adalah tugas kita untuk menjaganya”, ujarnya. (T/RS2/P1)

Baca Juga: Bantuan Pangan untuk Palestina

Miraj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda