MASJID Al-Aqsa merupakan situs suci ketiga dalam Islam setelah Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Ia terletak di Kota Tua Yerusalem, di wilayah Palestina yang diduduki. Al-Aqsa adalah tempat Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW (QS. Al-Isra: 1), menjadikannya sakral dalam ajaran Islam. Selama berabad-abad, umat Islam dari berbagai wilayah menjaga dan memakmurkan tempat suci ini.
Penjajahan atas Palestina dimulai secara signifikan sejak awal abad ke-20, terutama dengan kedatangan gelombang imigran Yahudi ke Palestina di bawah deklarasi Balfour 1917 yang didukung Inggris. Setelah Perang Dunia II, PBB membagi wilayah Palestina tanpa persetujuan penduduk asli. Pada 1948, berdirilah negara Israel yang menyebabkan pengusiran lebih dari 700.000 warga Palestina (peristiwa Nakba).
Setelah perang Arab-Israel 1967, Israel menduduki Yerusalem Timur, termasuk kompleks Masjid Al-Aqsa. Sejak saat itu, upaya sistematis dilakukan oleh Israel untuk mengubah identitas kota, memindahkan penduduk Palestina, dan membangun permukiman Yahudi ilegal yang melanggar hukum internasional, khususnya Resolusi PBB.
Masjid Al-Aqsa terus menghadapi ancaman fisik dan simbolik. Ekstremis Yahudi mengklaim bahwa situs tersebut adalah lokasi “Bait Suci” mereka, dan ada usaha-usaha nyata untuk menggali terowongan di bawah Al-Aqsa yang membahayakan fondasinya. Selain itu, pembatasan akses umat Islam ke dalam kompleks Al-Aqsa semakin ketat, terutama saat Ramadhan.
Baca Juga: Gaya Selangit Isi Dompet Seuprit
Menurut hukum internasional, wilayah Yerusalem Timur adalah bagian dari Palestina yang diduduki, dan tindakan Israel di sana dianggap ilegal. Konvensi Jenewa keempat juga melarang pemindahan penduduk oleh negara pendudukan. Namun, Israel tetap mengabaikan hukum internasional dengan dukungan dari negara-negara besar seperti Amerika Serikat.
Secara geopolitik, isu Palestina sering dimanfaatkan sebagai alat tawar oleh negara-negara besar. Sementara dunia Islam tampak terpecah dan sebagian pemimpinnya menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, penderitaan rakyat Palestina semakin parah. Ini menunjukkan pentingnya solidaritas yang konsisten dan strategis dari umat Islam di seluruh dunia.
Meskipun berada dalam tekanan luar biasa, rakyat Palestina terus berjuang mempertahankan tanah air dan tempat sucinya. Mereka menghadapi blokade, serangan militer, penggusuran paksa, dan kriminalisasi. Namun semangat perlawanan mereka tetap kuat, baik melalui aksi damai, perlawanan sipil, maupun diplomasi internasional.
Umat Islam memiliki tanggung jawab moral dan agama terhadap Masjid Al-Aqsa. Sebagaimana Nabi SAW memerintahkan untuk mengunjunginya dan menyuplai minyak untuk pelitanya, ini bukan hanya perintah ritual, tapi juga simbol dukungan spiritual dan material terhadap tempat suci dan penduduknya.
Baca Juga: Tahun 2025, Indonesia Banjir Mualaf
Langkah awal yang bisa dilakukan umat Islam adalah meningkatkan kesadaran tentang realitas Palestina dan Al-Aqsa. Hal ini mencakup pembelajaran sejarah yang benar, pemahaman politik global, dan penyebaran informasi melalui media, tulisan, dan forum ilmiah agar masyarakat tidak terpengaruh propaganda Zionis.
Di era digital, umat Islam dapat memanfaatkan media sosial untuk membela Palestina dan Al-Aqsa. Kampanye solidaritas, penggalangan dana, penyebaran fakta, dan narasi kebenaran bisa dilakukan secara luas dan cepat. Banyak opini dunia berubah karena keberanian anak-anak muda menyuarakan fakta di media sosial.
Umat Islam dapat menyalurkan bantuan kemanusiaan melalui lembaga-lembaga tepercaya yang aktif di wilayah Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur. Ini mencakup bantuan medis, makanan, pendidikan, hingga pembangunan. Boikot produk yang mendukung penjajahan juga menjadi salah satu bentuk jihad ekonomi yang efektif.
Para ulama dan intelektual Islam memiliki peran besar dalam mengedukasi umat dan membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya membela Palestina dan Al-Aqsa. Mereka bisa menyampaikan khutbah, tulisan, kajian, dan dialog antaragama untuk menekankan nilai kemanusiaan dan keadilan dalam membela Palestina.
Baca Juga: Peran Masjid Al-Aqsa dalam Persatuan Umat Islam di Seluruh Dunia
Umat Islam di berbagai negara dapat mendorong pemerintahnya agar menekan Israel melalui jalur diplomatik. Ini bisa dilakukan melalui demonstrasi damai, lobi politik, petisi, dan forum internasional. Masyarakat sipil bisa menjadi motor penggerak diplomasi akar rumput yang kuat dan konsisten.
Masa depan Al-Aqsa sangat bergantung pada kesatuan umat Islam. Perpecahan internal melemahkan perjuangan bersama. Penting bagi umat untuk menumbuhkan ukhuwah Islamiyah dan menghindari konflik sektarian. Al-Qur’an menegaskan agar kita berpegang teguh pada tali Allah dan tidak berpecah belah (QS. Ali Imran: 103).
Meskipun situasi Palestina tampak gelap, umat Islam harus tetap optimis. Janji Allah dalam Al-Qur’an tentang kemenangan orang-orang yang sabar dan beriman tetap berlaku. Kewajiban kita adalah berjuang sesuai kemampuan masing-masing, baik dengan tangan, lisan, maupun hati (HR. Muslim). Masa depan Al-Aqsa tergantung pada upaya kita hari ini, dan Allah pasti bersama orang-orang yang membela kebenaran.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Menjaga Spirit EcoRamadhan: Sucikan Diri, Kurangi Sampah