Ramallah, MINA – Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh mengumumkan, Palestina mengalami difisit anggaran AS $ 1,4 miliar (senilai Rp22 triliun) di tengah wabah virus Corona, namun ia tetap optimis, ekonomi Palestina akan dapat pulih dalam jangka waktu maksimum 12 bulan
Berbicara pada konferensi pers di Kantor Perdana Menteri di Ramallah, ia mengatakan, krisis Covid-19 telah menurunkan ekonomi global ke dalam resesi, dan menyebabkan tingkat pertumbuhan ekonomi Palestina menurun secara besar-besaran.
“Ekonomi akan menderita stagnasi dan resesi, dan perlu pemulihan kemungkinan dalam 12 bulan,” ujarnya. WAFA melaporkan, Senin (13/4).
“Kami sudah mulai bekerja di bawah anggaran darurat penghematan. Kami juga terus berusaha menutupi beberapa defisit anggaran dengan menggunakan berbagai cara, seperti mengurangi pengeluaran, mengajukan pinjaman bank dan meminta bantuan dari negara-negara donor,” imbuhnya.
Baca Juga: Smotrich: Israel Tolak Normalisasi dengan Saudi jika Harus Ada Negara Palestina
“Kami juga telah mendekati pihak Israel dengan permintaan untuk menyelesaikan penerimaan pajak atas nama Palestina yang dipotongnya,” tambahnya.
Tentang Covid-19, dia optimis kondisi kesehatan semua pasien Covid-19 di wilayah Palestina, yang kondisinya antara ringan hingga sedang, tanpa perlu menghubungkan ke ventilator.
Dia menambahkan, pemerintah menyiapkan dana awal AS$ 300 juta (sekitar Rp4,7 triliun) sebagai bagian dari rencana pemulihan ekonomi untuk usaha mikro, kecil dan menengah yang paling terkena dampak krisis Corona dengan dukungan dana Arab dan Islam.
Pemerintah juga akan menawarkan bantuan keuangan mendesak kepada sekitar 30.000 pekerja Palestina yang kehilangan pekerjaan. Lainnya, tunjangan sosial untuk tambahan 116.000 keluarga, termasuk 81.000 keluarga di Jalur Gaza. (T/RS2/P1)
Baca Juga: Hamas Kutuk Agresi Penjajah Israel terhadap Suriah
Mi’raj News Ageny (MINA)