Oleh : Muhammad Ridwan, Mahasiswa STAI Al Fatah, Bogor
Tentu ada banyak orang yang sudah menonton Sderot Cinema, sebuah film pendek ketika pesawat-pesawat Israel tahun 2014 membombardir kota Gaza dengan ribuan ton bom. Serangan itu menyebabkan lebih dari 2000 orang kehilangan nyawa, sementara ribuan lainnya mengalami luka-luka.
Lalu, apa yang dilakukan oleh penduduk Zionis? Mereka bersama-sama pergi ke bukit membawa sofa, makanan dan teleskop untuk melihat kondisi Gaza. Setiap kali mereka melihat percikan api di Gaza akibat bom yang dijatuhkan dari pesawat-pesawat Israel, mereka bersorak gembira dan bertepuk tangan.
Padahal, ledakan bom itu menghancurkan rumah, sekolah, tempat ibadah dan membunuh tubuh-tubuh mungil anak-anak Gaza. Mereka menganggap itu sebagai tontonan “Bioskop” di Sderot yang mengasyikan. Sungguh Biadab mereka yang melakukan pembantaian itu, dan mereka yang menganggap hal itu sebagai tontonan layaknya sebuah bioskop.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-11] Ragu-ragu Mundur!
Hari ini, (Rabu, 18/10/2023) memasuki hari ke 12 agresi Israel ke Gaza. Serangan itu masih terus berlangsung. Korban dari warga sipil masih terus berjatuhan. Menurut data Kementrian Kesehatan Palestina tercatat lebih dari 2900 rakyat Gaza syahid, ribuan lainnya luka dan puluhan ribu mengungsi.
Tidak hanya di Gaza, Zionis Israel juga menyiksa para tahanan Palestina yang berada di penjara-penjara Israel. Banyak di antara para tahanan yang masih anak-anak, remaja dan para wanita.
Kondisi ini makin diperburuk dengan di blokade pasokan air bersih, listrik, makanan dan obat-obatan ke Gaza, yang mengakibatkan penduduk Gaza harus bertahan dengan persediaan logistik yang tersisa dan makin menipis. Sebagian warga harus mengonsumsi air yang tercemar.
Rumah sakit sudah tidak dapat lagi menampung korban luka. Kamar-kamar mayat penuh, bahkan mereka terpaksa menempatkan mayat di truk-truk es krim, menunggu untuk dikebumikan.
Baca Juga: Muasal Slogan ”Al-Aqsa Haqquna”
PBB mengatakan 50.000 wanita hamil di Gaza dalam ancaman buruk akibat krisis tersebut. Diperkirakan akan ada 5.000 wanita akan melahirkan bulan depan dengan kondisi yang tidak terbayangkan.
Sementara pengeboman masih terus berlangsung, menyasar bangunan-bangunan sipil di sepanjang jalur Gaza, lebih dari 1000 korban masih tertimbun di reruntuhan gedung dan bangunan baik yang masih hidup ataupun sudah meninggal akibat bombardir yang dilakukan saat warga sipil beristirahat.
Di sisi lain, lebih dari puluhan ribu ton bantuan kemanusiaan tertahan di perbatasan Rafah, Mesir. Bantuan belum dapat masuk Gaza karena sampai saat ini zionis masih meluncurkan rudal-rudal untuk menghancurkan akses-akses menuju Gaza.
Kecaman dunia Internasional disuarakan oleh banyak pemimpin-pemimpin dunia, tidak terkecuali para aktifis kemanusiaan. Demontrasi besar-besaran juga terjadi di kota-kota besar dunia. Namun hal itu tidak cukup membuat Israel bergeming untuk menghentikan serangannya.
Baca Juga: Enam Prinsip Pendidikan Islam
Bahkan, Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu bertekad meratakan Gaza dengan serangan militernya. Ia mengultimatum warga Gaza agar meninggalkan rumah-rumah mereka menuju ke Selatan. Namun ketika sebagian warga sedang dievakuasi, justru mereka menjadi target sasaran serangan bom.
Pemandangan memilukan terlihat di setiap tempat di Gaza. Banyak ibu-ibu yang menangis pilu karena melihat dua anaknya terbunuh. Anak-anak menatap kosong menyaksikan orang tuanya menjadi jenazah. Ribuan warga berusaha menyelamatkan saudara dan rekannya dari ganasnya bombardir Zionis Israel.
Sampai kapan masyarakat dunia menyaksikan kepiluan ini? Sampai kapan penderitaan rakyat Palestina berakhir? Sampai kapan mereka terus menderita menghadapi keganasan dan kekejian Zionis Israel? Sampai kapan mereka menderita?
Sementara jika rakyat Palestina melawan, mereka dituduh teroris ekstremis. Pejuang Gaza dicap sebagai teroris oleh media masa Barat pro Israel. Padahal mereka hanya membela diri, berusaha mendapatkan kembali hak-hak mereka yang dirampas penjajah.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-10] Makanan dari Rezeki yang Halal
Hanya Allah Subahanahu wa Ta’ala saja yang Mahatahu kapan penderitaan rakyat Palestina akan berakhir. Namun sebagai manusia yang memiliki hati nurani, tentu kita harus berusaha membantu perjuangan rakyat Palestina, berusaha mengakhiri penderitaan mereka, dengan segala cara yang kita bisa.
Damai di Palestina, Damai di Dunia. Peace in Palestine, Peace in the World. Salam fi Filistin, salam fil alamin. (A/Mr/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof. Anbar: Pendidikan Jaga Semangat Anak-Anak Gaza Lawan Penindasan