Jakarta, MINA – Sebuah pameran foto yang menceritakan kisah lengkap Islam di Australia bertema “Boundless Plains: The Australian Muslim Connection” secara resmi dibuka di Museum Sejarah Jakarta, Senin (15/4).
Pameran ini memetakan sejarah panjang Islam di Australia, mulai dari pelaut Makassar yang berdagang dengan penduduk asli Yolngu di Australia utara dan penunggang unta dari Asia Selatan yang membantu mengembangkan pedalaman Australia, hingga imigran dari seluruh dunia yang menjadikan Australia sebagai rumah mereka hari ini.
Dikembangkan oleh Islamic Museum of Australia, pameran ini akan dibuka untuk umum selama dua pekan ke depan dan memberikan informasi tentang bagaimana Islam telah berkembang di Australia selama lebih dari 200 tahun terakhir.
Didirikan pada 2010 sebagai museum komunitas nirlaba di Melbourne, Islamic Museum of Australia bertujuan untuk menampilkan warisan artistik yang kaya dan sumbangsih sejarah umat Muslim di Australia dan luar negeri.
Baca Juga: Kota New Delhi Diselimuti Asap Beracun, Sekolah Diliburkan
CEO museum, Ali Fahour, akan menghadiri pembukaan pameran. Staf pendidikan dari museum juga akan berkunjung ke Jakarta untuk berbagi cerita tentang pameran ini dengan siswa sekolah setempat.
“Islam adalah agama besar di Australia dan berkembang pesat dengan laju sekitar 20 persen,” kata Duta Besar Australia untuk Indonesia, Gary Quinlan, dalam sebuah keterangan, Senin.
Dia mengatakan, pameran itu menyoroti bahwa Australia, sama seperti Indonesia, memperoleh banyak kekuatan dari masyarakat multiagama dan multikulturalnya. “Lebih dari sebelumnya, kita perlu mengembangkan pemahaman yang lebih dalam dan membangun hubungan antara komunitas-komunitas kita, dan terutama komunitas agama kita,” ujar Quinlan.
Kepala Unit Pengelola Museum Sejarah Jakarta, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Sri Kusumawati, menyatakan, Museum Sejarah Jakarta senang dapat turut mengadakan pameran ini bersama Kedutaan Besar Australia.
Baca Juga: Ratusan Ribu Orang Mengungsi saat Topan Super Man-yi Menuju Filipina
“Saya berharap pameran ini akan menciptakan peluang lebih lanjut untuk kemitraan budaya dan pariwisata antara dua negara kita,” kata Sri.
Pengunjung dapat menikmati pameran ini di Museum Sejarah Jakarta hingga Selasa, 30 April 2019. (L/R11/R01)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Filipina Kembali Dihantam Badai