Gaza, MINA – Pejabat lokal dan internasional memperingatkan dampak minimnya bantuan medis di Gaza yang mengancam nyawa ribuan pasien, di tengah serangan militer Israel terhadap petugas medis dan rumah sakit.
Komisaris Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini, menyatakan bahwa satu dari empat korban dalam agresi di Gaza membutuhkan layanan rehabilitasi, termasuk perawatan pasca-amputasi dan cedera tulang belakang, sebagaimana dilaporkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
“Gaza kini memiliki proporsi anak-anak amputasi tertinggi di dunia, banyak di antaranya menjalani operasi tanpa anestesi,” ungkap Lazzarini mengutip Al Jazeera, Rabu (4/12).
Ia menyebut situasi ini sebagai “pandemi disabilitas” akibat perang genosida Israel yang menciptakan wabah cedera mengerikan di kalangan warga Palestina.
Baca Juga: Tahap Pertama Gencatan Senjata, Israel akan Bebaskan 737 Tahanan Palestina
Direktur rumah sakit lapangan di Kementerian Kesehatan Gaza, Marwan Al-Homs, menegaskan bahwa kekurangan gizi akut dan dehidrasi mengancam kehidupan ribuan pasien, terutama anak-anak dan lansia yang dirawat di rumah sakit.
Ia menjelaskan, rumah sakit di Gaza hampir tidak mampu memberikan pelayanan akibat minimnya pasokan medis dan bantuan kemanusiaan.
Direktur medis organisasi Dokter Lintas Batas (MSF) menambahkan، tantangan terbesar adalah kelangkaan sumber daya medis dan kesulitan memasukkannya ke Gaza.
“Situasi kesehatan dan kemanusiaan di Gaza benar-benar tragis dan bencana,” ujarnya.[]
Baca Juga: Israel Cegah Adanya Perayaan Saat Tahanan Palestina Dibebaskan
Mi’raj News Agency (MINA)