Jakarta, MINA – Bidang Pangan dan energi masih menjadi fokus utama aktivitas riset dan inovasi di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Menurut Kepala BRIN Laksana Tri Handoko, ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo untuk hilirisasi kedua bidang tersebut yang bersumber dari sumber daya alam (SDA) lokal Indonesia.
“Kita memang diminta fokus untuk melakukan riset dan inovasi yang basisnya SDA lokal untuk hilirisasi, untuk meningkatkan kedaulatan pangan (termasuk kesehatan) dan energi (termasuk lingkungan hidup). Keduanya membutuhkan dukungan riset dan inovasi yang sangat tinggi,” ujar Tri Handoko pada gelaran Highlight Riset dan Inovasi 2023, di Gedung B.J. Habibie, Jakarta, Kamis (28/12).
Lebih lanjut dia merinci sebanyak 2.388 judul riset yang dilakukan BRIN selama 2023. Sebanyak 218 judul diantaranya di bidang pangan dan 220 judul di bidang energi.
Dalam klaster kedaulatan pangan, riset yang telah dilakukan antara lain pemanfaatan tepung ikan teri (Stolephorus sp.) dalam produk mie berbasis pati sagu untuk anak penderita stunting, perbanyakan klonal kelapa sawit, dan perakitan varietas unggul ubi kayu dengan metode induksi mutasi sinar gamma.
Baca Juga: Menag: Guru Adalah Obor Penyinar Kegelapan
Kemudian 266 judul di bidang lingkungan berkelanjutan, dan 156 judul untuk bidang kedaulatan kesehatan.
Selain itu juga ada bidang yang terkait dengan aspek ekonomi dan juga masalah sosial masyarakat. Sedangkan bidang transisi menuju ekonomi berbasis pengetahuan, jelas Handoko, merupakan riset yang langsung mendukung bisnis (product development).
Juga riset di bidang keanekaragaman terkait dengan penemuan, spesies baru, manuskrip, dan artefak. “Itu sebabnya kami memperkuat aktivitas arkeologi dengan membuat situs-situs ekskavasi baru di berbagai daerah,” katanya.
Publikasi Bereputasi Global
Baca Juga: AWG Gelar Dauroh Akbar Internasional Baitul Maqdis di Masjid Terbesar Lampung
Sepanjang 2023, publikasi bereputasi global yang dihasilkan BRIN meningkat dari tahun sebelumnya.
Tri Handoko menyatakan, publikasi itu penting menjadi titik awal, karena riset tanpa publikasi tidak mungkin. Itu untuk membuktikan bahwa risetnya secara saintifik proven, baru kemudian kita masuk ke kekayaan intelektual seperti paten, dan lisensi.
Sampai 25 Desember 2023, jelas dia, telah dihasilkan sebanyak 4.633 publikasi bereputasi global. Meningkat dari tahun sebelumnya sebanyak 3.252 publikasi.
Sepanjang 2023, BRIN juga telah melakukan kesepakatan kerja sama dengan 81 institusi global yang meliputi lembaga pemerintah, perguruan tinggi, organisasi internasional, dan private sector, dan tersebar di 18 negara. Hal ini menurut Handoko penting untuk penguatan ekosistem riset dan inovasi di Indonesia.
Baca Juga: Embassy Gathering Jadi Ajang Silaturahim Komunitas Diplomatik Indonesia
“Mengapa menjadi bagian dari penguatan ekosistem? Kampus (perguruan tinggi) kalau langsung berkolaborasi dengan mitra luar negeri itu berat, karena apa? Karena dukungannya kurang kuat, daya tawarnya kurang kuat,” ujarnya.
Tri Handoko menambahkan, dengan BRIN jauh menjadi lebih kuat, karena apa? Karena kita memiliki infrastruktur, itu yang paling utama. “Sehingga BRIN bisa menjadi gateway untuk kolaborasi global dengan berbagai institusi yang ada di Indonesia,” pungkasnya.(L/R1/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Prabowo Klaim Raih Komitmen Investasi $8,5 Miliar dari Inggris