Aljir, MINA – Panglima militer Aljazair yang berkuasa pada Selasa (30/7) menolak menerima prasyarat untuk mengadakan dialog guna mengakhiri krisis politik negara itu, dengan mengatakan “tidak ada lagi waktu untuk kalah”.
Warga Aljazair telah turun ke jalan-jalan setiap hari Selasa dan Jumat sejak Februari menuntut perubahan politik, yang menyebabkan penggulingan Presiden Abdelaziz Bouteflika pada 2 April, demikian Nahar Net melaporkan.
Namun, upaya untuk menuju pemilihan presiden yang baru telah tertunda karena pengunjuk rasa terus menuntut kepergian tokoh-tokoh penting pemerintah dan perbaikan sistem politik negara Afrika Utara itu.
“Tidak ada lagi waktu untuk kalah,” kata Panglima Militer Ahmed Gaid Salah dalam pidatonya di sebuah upacara, yang disiarkan di televisi.
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
Komite beranggotakan tujuh orang telah dibentuk oleh Presiden Sementara Abdelkader Bensalah untuk membahas pengaturan pemilihan presiden berikutnya, usai Bouteflika mengundurkan diri setelah berkuasa selama dua dekade.
Tetapi gerakan protes telah menyerukan beberapa langkah yang harus diambil sebelum dialog dapat dimulai, termasuk pembebasan orang yang ditangkap sehubungan dengan demonstrasi.
Pemilihan presiden yang sudah ditetapkan pada 4 Juli ditunda setelah hanya dua kandidat yang mencalonkan diri, tetapi keduanya kurang dikenal sehingga pencalonannya ditolak. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Rwanda Kirim 19 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Gaza