Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para Pemimpin Oposisi Israel Serukan Pemilu Lebih Cepat

Rudi Hendrik - Senin, 19 November 2018 - 13:48 WIB

Senin, 19 November 2018 - 13:48 WIB

7 Views

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. (Foto: AP/Jim Hollander)

Yerusalem, MINA – Para pemimpin oposisi pada Ahad malam (18/11) menyerukan pemilihan umum setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan, ia juga akan merangkap sebagai Menteri Pertahanan di tengah krisis koalisi politik.

Berbicara di Kementerian Pertahanan di Tel Aviv, Netanyahu mengatakan, ia akan mengambil alih tugas menteri pertahanan menyusul pengunduran diri Avigdor Lieberman.

Ia menolak seruan untuk pemilihan umum lebih awal dan mengatakan bahwa Israel berada di tengah-tengah operasi militer.

Pemimpin aliansi politik Zionist Union Avi Gabbay mengkritik pengumuman itu dan mengatakan bahwa keamanan Israel benar-benar adalah hal yang paling penting.

Baca Juga: Tentara Israel Mundur dari Kota Lebanon Selatan

“Pencampuran politik dan keamanan merusak keamanan penduduk di (Israel) selatan. Justru karena itu Israel perlu segera pemilu. Pemerintah ini dapat diganti dengan pemerintah yang benar-benar menjaga keamanan dan benar-benar percaya bahwa perubahan itu mungkin,” kata Gabbay, demikian Times of Israel melaporkan yang dikutip MINA.

Pemimpin partai Meretz, Tamar Zandberg, menuduh Netanyahu menggunakan Kementerian Pertahanan sebagai chip politik.

“Ini adalah Netanyahu yang sama yang baru dua tahun lalu menunjuk untuk posisi sensitif ini seorang yang sinis, tidak berpengalaman dan tidak bertanggung jawab hanya karena pertimbangan kelangsungan hidup politik,” kata Zandberg, mengacu pada penunjukan Lieberman sebagai Menteri Pertahanan pada Mei 2016.

Zandberg menyerukan Netanyahu untuk mundur.

Baca Juga: PBB Adopsi Resolusi Dukung UNRWA dan Gencatan Senjata di Gaza

Krisis koalisi Netanyahu yang tiba-tiba itu dipicu oleh pengunduran diri mantan Menteri Pertahanan Liberman, yang menuntut tanggapan Israel lebih kuat terhadap serangan besar-besaran dari Jalur Gaza.

Keluarnya partai Lieberman Yisrael Beytenu dari koalisi, membuat kekuatan politik Netanyahu di Knesset tersisa dengan 61 kursi melawan 59 kursi oposisi. (T/RI-1/P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Menhan Israel: Ada Peluang Kesepakatan Baru Tahanan Israel

Rekomendasi untuk Anda

Internasional
Eropa
Internasional
Palestina
Palestina