Istanbul, MINA – Para pemimpin Turki berbicara pada hari pertama Idul Adha, dengan menyerukan diakhirinya kekerasan di Myanmar.
Presiden Recep Tayyip Erdoğan menyatakan adanya kejadian di depan mata seluruh umat manusia, tapi sayangnya manusia tidak peka terhadap mereka.
“Saya sebagai presiden yang bergerak dalam Organisasi Kerjasama Islam, mengadakan pembicaraan yang diperlukan dengan para pemimpin negara-negara Islam dan Sekjen PBB Antonio Guterres juga,” kata Erdogan, seperti disebutkan Daily Sabah.
Dia mengatakan, dunia Muslim sangat sedih saat menandai Idul Adha sementara terjadi kekerasan di Myanmar, konflik di Suriah dan Irak, dan perang melawan terorisme di Turki.
Baca Juga: Bahas Krisis Regional, Iran Agendakan Pembicaraan dengan Prancis, Jerman, Inggris
Sementara itu, Perdana Menteri Binali Yıldırım juga meminta masyarakat internasional untuk membantu menghentikan kekerasan terhadap Muslim Rohingya.
“Komunitas internasional harus lebih aktif dan harus meninggalkan standar ganda yang berbeda mengenai masalah ini,” kata Yıldırım kepada wartawan di Istanbul pada hari pertama Idul Adha, Jumat (1/9).
Turki telah melakukan bagiannya untuk mengirim bantuan kemanusiaan kepada orang-orang yang menderita dan guna mengakhiri kekerasan, katanya.
“Kami, sekali lagi mengutuk pembantaian ini dengan sangat keras,” kata perdana menteri, dan menambahkan “Mereka yang telah melakukan kekerasan ini, akan dituntut bertanggung jawab kepada umat manusia, cepat atau lambat.”
Baca Juga: Serangan Hezbollah Terus Meluas, Permukiman Nahariya di Israel Jadi Kota Hantu
Pesan lisan menteri lainnya juga terfokus pada kekerasan yang sedang berlangsung.
“Dunia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa memiliki cukup kekuatan untuk menghentikan kekejaman di Rakhine,” Wakil Perdana Menteri Recep Akdağ mengatakan kepada Anadolu Agency di provinsi Erzurum timur.
Berbicara kepada wartawan di provinsi Kocaeli barat laut, Wakil Perdana Menteri Fikri Işık mengatakan, kekejaman itu tidak dapat diterima dan dunia “sayangnya buta dan tuli terhadap penganiayaan ini.”
Kekerasan di negara Rakhine mengiringi Idul Adha, Wakil Perdana Menteri Hakan Çavuşoğlu mengatakan di provinsi barat laut Bursa. “Kami telah melihat bahwa semua seruan yang terutama dari presiden dan perdana menteri kami telah direspon oleh masyarakat internasional,” katanya, sambil. berharap krisis akan diselesaikan secara permanen.
Baca Juga: Jajak Pendapat: Mayoritas Warga Israel Dukung Gencatan Senjata dengan Lebanon
Juga Menteri Luar Negeri Mevlüt Çavuşoğlu mengatakan, juga telah berbicara dengan rekan-rekannya di banyak negara dan perwakilan organisasi internasional mengenai krisis tersebut.
“Saya juga akan berbicara dengan Kofi Annan, utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa, hari ini,” katanya kepada wartawan di provinsi selatan Antalya.
“Kami, Turki, akan melakukan apapun yang diperlukan untuk menemukan solusi permanen di Rakhine,” ujarnya.
Berbicara kepada wartawan di provinsi selatan Adana, Menteri Turki untuk Uni Eropa Ömer Çelik mengungkapkan solidaritasnya terhadap Muslim Rohingya.
Baca Juga: Putin Punya Kebijakan Baru, Hapus Utang Warganya yang Ikut Perang
“Negara kita akan terus memberikan bantuan kepada orang-orang yang menderita di setiap wilayah di dunia, dari Rakhine ke Pakistan, dari Suriah sampai Somalia, dari Serbia sampai Palestina,” kata Menteri Pertahanan Nurettin Canikli dalam pesan tertulisnya yang dikeluarkan pada kesempatan Idul Adha.
Kekerasan meletus di Negara Rakhine, Myanmar pada 25 Agustus ketika pasukan keamanan negara tersebut melancarkan operasi terhadap komunitas Muslim Rohingya, menyusul serangan bersenjata terhadap pasukan keamanan.
Ini memicu masuknya pengungsi baru ke negara tetangga Bangladesh, meskipun negara tersebut menutup perbatasannya untuk para pengungsi.
Laporan media mengatakan pasukan keamanan Myanmar menggunakan kekuatan yang tidak proporsional, menggusur ribuan warga desa Rohingya dan menghancurkan rumah mereka dengan mortir dan senapan mesin.
Baca Juga: Jadi Buronan ICC, Kanada Siap Tangkap Netanyahu dan Gallant
Daerah ini telah mengalami ketegangan antara populasi Budha dan Muslim sejak kekerasan komunal terjadi pada tahun 2012.
Sebuah laporan PBB mengenai pelanggaran hak asasi manusia oleh pasukan keamanan, mengindikasikan kejahatan terhadap kemanusiaan.
PBB mendokumentasikan pemerkosaan massal, pembunuhan termasuk bayi dan anak kecil, pemukulan dan penghilangan brutal.
Perwakilan Rohingya mengatakan sekitar 400 orang tewas dalam operasi tersebut. (T/RS2/RS1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Rusia Serang Ukraina Pakai Rudal Korea Utara