Jakarta, MINA – Ketua Parlemen ASEAN untuk Hak Asasi Manusia (APHR), Charles Santiago, mengatakan bahwa tidak merekomendasikan warga Rohingya untuk kembali ke Myanmar sampai kondisi aman bagi mereka.
Santiago, yang juga anggota parlemen Malaysia, juga mengumumkan bahwa tim menteri luar negeri ASEAN akan mengunjungi Myanmar pada bulan November. Dhaka Tribune melaporkan, Jumat (26/10).
Ketua APHR baru-baru ini mengumumkan bahwa tim menteri luar negeri ASEAN akan mengunjungi Myanmar pada bulan November.
“Para menteri luar negeri ASEAN tampaknya akan membantu Myanmar dalam pemulangan pengungsi Rohingya, tapi saat ini masih prematur dan memprihatinkan,” ujarnya.
Baca Juga: Pusat Budaya dan Komunitas Indonesia Diresmikan di Turki
Ketua APHR menambahkan, “Komunitas Rohingya telah menderita puluhan tahun dari penindasan, diskriminasi, dan kekerasan di Myanmar. Sangat jelas bahwa syarat-syarat untuk kembalinya Rohingya yang aman dan bermartabat ke tanah air mereka masih jauh dari terpenuhi”.
“Setiap inisiatif untuk mengembalikan para pengungsi ke Myanmar harus transparan dan memenuhi standar hak asasi manusia internasional,” ujarnya.
Santiago juga menyebutkan bahwa: “Negara harus memastikan bahwa komunitas Rohingya harus dikonsultasikan dalam prosesnya. Rohingya telah mengalami pelanggaran yang tak terkatakan dan harus memiliki hak untuk menentukan masa depan mereka sendiri”.
“Repatriasi tidak boleh dimulai sampai lingkungan yang aman dan selamat untuk kembalinya Rohingya secara sukarela. Ini harus mencakup pemerintah Myanmar yang menghapuskan praktik negara yang diskriminatif, dan menjamin bahwa orang-orang yang kembali tidak akan menetap tanpa batas di kamp-kamp pengungsi internal,” lanjutnya.
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
Lebih lanjut, ia mengatakan, Rohingya juga harus diizinkan untuk beribadah secara bebas, mengakses pendidikan, menerima kompensasi untuk kehilangan tanah dan mata pencaharian mereka, dan menerima tingkat perlindungan internasional.
Lebih dari 700.000 warga Rohingya meninggalkan Myanmar, ke distrik Cox Bazar, Bangladesh, setelah dipaksa meninggalkan rumah mereka akibat penganiayaan militer. (T/RS2/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan