Yerusalem, MINA – Uni Eropa mengingatkan pentingnya menjaga status quo tempat-tempat suci di kota Yerusalem Timur yang diduduki.
Pernyataan Pers ini dikeluarkan oleh Kantor Perwakilan Uni Eropa di Yerusalem pasca serbuan Menteri Sayap Kanan Israel Itamar Ben Gvir ke Masjid Al-Aqsha. Demikian dikutip dari Wafa, Rabu, (4/1).
“Kami mengingatkan pentingnya menjaga status quo tempat-tempat suci, dan prihatin atas tindakan yang menentangnya,” bunyi pernyataan tersebut.
“Berisiko meningkatkan ketegangan di Yerusalem dan di wilayah Palestina yang diduduki,” tambahnya.
Baca Juga: Jajak Pendapat: Mayoritas Warga Penjajah Israel Ingin Akhiri Perang
“Beberapa pekan terakhir telah terjadi peningkatan ketegangan dan korban yang berbahaya. Penting untuk mengurangi dan menghindari tindakan dan provokasi apa pun yang memicu ketegangan ini.” lanjutnya.
Uni Eropa meminta semua aktor di lapangan dan di wilayah yang lebih luas untuk menunjukkan ketenangan dan pengendalian diri guna mencegah eskalasi apa pun, sambil menekankan bahwa posisinya di Yerusalem tetap tidak berubah.
“Aspirasi kedua belah pihak harus dipenuhi dan status Yerusalem sebagai ibu kota masa depan kedua negara perlu diselesaikan,” katanya.
Menteri Keamanan Nasional Israel Ben-Gvir yang aliran sayap kanan menerobos masuk ke halaman Masjid Al-Aqsha pada Selasa (3/1) pagi, yang dinilai sebagai langkah yang memicu ketegangan.
Baca Juga: Front Demokrasi Serukan Persatuan di Tepi Barat Palestina
Ketika mantan perdana menteri Israel Ariel Sharon melakukan perjalanan serupa ke situs tersebut pada tahun 2000, hal itu memicu pemberontakan Intifada Kedua Palestina.
Kompleks Masjid Al-Aqsha menaungi Masjid Dome of the Rock dan Masjid Al-Aqsha dan dianggap sebagai situs tersuci ketiga dalam Islam. Al-Aqsha terletak di Yerusalem Timur, bagian dari wilayah Palestina yang diakui secara internasional yang telah diduduki oleh militer Israel sejak 1967. (T/B03/P1)
Mi’raj News Agency (MINA).
Baca Juga: Abu Ubaidah: Tentara Penjajah Sengaja Bombardir Lokasi Sandera di Gaza