Benghazi, 24 Ramadhan 1438/19 Juni 2017 (MINA) – Pasukan yang setia kepada pemberontak Libya, Jenderal Khalifa Haftar, dituduh membakar lebih dari 6.000 buku, termasuk karya agama, politik, puisi dan filsafat.
Menurut sebuah video yang diunggah di Facebook oleh akun media Libya, Al Manara, lebih dari 6.000 buku dihancurkan di kota Benghazi pada hari Sabtu (17/6), termasuk kitab riwayat hidup Nabi Muhammad dan karya-karya klasik Islam.
Video tersebut menunjukkan seorang petugas polisi yang mengklaim bahwa literatur yang disita tersebut mempromosikan gagasan “Daesh“, istilah bahasa Arab untuk kelompok Islamic State (ISIS).
Petugas di dalam video tersebut mengatakan, buku-buku itu “mempromosikan kekerasan” dan “gagasan Ikhwanul Muslimin”, yang telah dilarang oleh Uni Emirat Arab (UEA) dan Mesir.
Baca Juga: Erdogan Umumkan ‘Rekonsiliasi Bersejarah’ antara Somalia dan Ethiopia
Pada bulan Januari, lebih dari 100 penulis dan intelektual Libya, termasuk novelis Brasil Paulo Coelho yang terkenal, mengutuk penyitaan buku yang dianggap “erotis” atau anti-Islam oleh pihak berwenang di Libya timur.
Sebuah video tentang perampasan buku telah diunggah secara daring yang menunjukkan petugas keamanan mencela “invasi budaya” dan menuding bahwa karya tersebut mempromosikan sihir dan materi erotis.
Dalam sebuah surat terbuka, lebih dari 100 novelis mencela penyitaan tersebut dan menyebutnya “terorisme intelektual”.
Jenderal Haftar yang memiliki dukungan dari Mesir dan UEA, menguasai sebagian besar wilayah Libya timur dan sekutu dengan pemerintah saingan yang berbasis di Tobruk.
Baca Juga: Trump: Rakyat Suriah Harus Atur Urusan Sendiri
Pasukannya telah melakukan beberapa serangan berdarah terhadap milisi Libya lainnya dan mengecap Ikhwanul Muslimin sebagai “kelompok teroris”. (T/RI-1/RS1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan