New York, MINA – Pandemi Covid-19, krisis biaya hidup, dan perang di Ukraina telah mendorong 165 juta orang ke dalam kemiskinan sejak 2020, kata Perserikatan Bangsa-Bangsa, Kamis (13/7).
PBB menyerukan jeda pembayaran utang untuk negara-negara berkembang. The New Arab melaporkan.
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan oleh Program Pembangunan PBB (UNDP), karena guncangan ini, 75 juta orang akan jatuh ke dalam kemiskinan ekstrem, yang didefinisikan hidup dengan kurang dari US$2,15 per hari antara tahun 2020 dan akhir tahun 2023. Sebanyak 90 juta lainnya akan jatuh di bawah garis kemiskinan dengan penghasilan US$3,65 per hari.
“Yang paling miskin paling menderita, dan pendapatan mereka pada 2023 diproyeksikan tetap di bawah tingkat pra-pandemi,” kata laporan itu.
Baca Juga: Hongaria Cemooh Putusan ICC, Undang Netanyahu Berkunjung
“Negara-negara yang dapat berinvestasi dalam jaring pengaman selama tiga tahun terakhir telah mencegah sejumlah besar orang jatuh ke dalam kemiskinan,” kata kepala UNDP Achim Steiner dalam sebuah pernyataan. “Di negara-negara dengan utang tinggi, ada korelasi antara tingkat utang yang tinggi, pengeluaran sosial yang tidak mencukupi, dan peningkatan tingkat kemiskinan yang mengkhawatirkan.”
Laporan itu menyerukan “jeda utang-kemiskinan” di negara-negara yang berjuang secara ekonomi “untuk mengarahkan pembayaran utang untuk membiayai pengeluaran sosial dan melawan dampak guncangan ekonomi makro.”
“Solusinya tidak di luar jangkauan sistem multilateral,” kata laporan itu.
Menurut laporan PBB lainnya yang diterbitkan pada hari Rabu, sekitar 3,3 miliar orang, hampir setengah dari umat manusia, tinggal di negara-negara yang membelanjakan lebih banyak untuk membayar bunga utang daripada pendidikan dan kesehatan. (T/RI-1/P1)
Baca Juga: Pusat Budaya dan Komunitas Indonesia Diresmikan di Turki
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina