Jenewa, MINA – PBB pada hari Kamis (13/10) memperingatkan, 17 juta orang akan menghadapi kerawanan pangan akut selama tiga bulan terakhir tahun 2022.
“Beberapa keuntungan telah dicapai dalam mencegah kelaparan … tetapi ini masih merupakan angka yang mengkhawatirkan,” kata Asisten Sekretaris Jenderal Urusan Kemanusiaan Joyce Msuya kepada Dewan Keamanan PBB, Anadolu melaporkan.
“Warga sipil masih menghadapi bahaya yang mengerikan,” katanya setelah kunjungan enam hari ke Yaman.
“Saya mengunjungi pusat pemberian makanan terapeutik di Rumah Sakit Al Thawra, yang telah menerima lebih dari 700 anak yang menderita malnutrisi akut parah sepanjang tahun ini,” katanya.
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu
Dia juga mengatakan, ranjau darat dan bahaya ledakan lainnya terus menjadi penyebab utama korban sipil dengan 70 orang dilaporkan tewas atau terluka pada bulan September.
Dia meminta dukungan berkelanjutan untuk Yaman, menambahkan bahwa program kemanusiaan untuk daerah yang dilanda perang hanya 48% didanai dengan $2 miliar, lebih dari setengahnya telah disediakan oleh AS.
Utusan Khusus PBB untuk Yaman Hans Grundberg menyatakan penyesalannya bahwa gencatan senjata di Yaman tidak diperpanjang dan diperluas setelah 2 Oktober.
“Saya menghargai posisi pemerintah Yaman yang terlibat secara positif dengan proposal saya, dan saya menyesal bahwa Ansar Allah datang dengan tuntutan tambahan yang tidak dapat dipenuhi,” katanya, merujuk pada kelompok pemberontak Houthi.
Baca Juga: Inggris Hormati Putusan ICC, Belanda Siap Tangkap Netanyahu
Dewan Keamanan beranggotakan 15 orang juga menyesalkan pihak-pihak yang bertikai gagal memperpanjang gencatan senjata dan mendesak mereka untuk memperbarui gencatan senjata.
Gencatan senjata telah memungkinkan dimulainya kembali penerbangan komersial dari Bandara Sanaa yang dikuasai pemberontak di ibu kota negara itu setelah enam tahun.
Perang saudara dimulai pada September 2014, ketika pemberontak Houthi yang didukung Iran merebut sebagian besar negara, termasuk Sanaa.
Sebuah koalisi militer yang dipimpin Arab Saudi memasuki perang pada awal 2015 untuk mengembalikan pemerintah ke tampuk kekuasaan.
Baca Juga: Guido Crosseto: Kami akan Tangkap Netanyahu Jika Berkunjung ke Italia
Konflik delapan tahun telah menciptakan salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia, dengan jutaan orang terancam kelaparan. (T/R7/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza