New York, MINA – Pakar PBB mengatakan dalam sebuah laporan baru, hampir 2.000 anak yang direkrut oleh milisi Houthi Yaman tewas di medan perang antara Januari 2020 dan Mei 2021.
Sementara itu, pemberontak yang didukung Iran tersebut terus mengadakan kamp dan pelatihan yang mendorong anak-anak untuk berperang, Arab News melaporkan.
Dalam laporan kepada Dewan Keamanan PBB yang diedarkan pada Sabtu (29/1), para ahli mengatakan, mereka menyelidiki beberapa kamp musim panas di sekolah-sekolah dan sebuah masjid, tempat Houthi menyebarkan ideologinya dan berusaha merekrut anak-anak untuk berperang.
“Anak-anak diinstruksikan untuk meneriakkan slogan Houthi ‘matilah Amerika, matilah Israel, kutuk Yahudi, kemenangan bagi Islam’,” kata empat anggota panel ahli. “Di satu kamp, anak-anak berusia 7 tahun diajari membersihkan senjata dan menghindari roket.”
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Para ahli mengatakan, mereka mendokumentasikan 10 kasus di mana anak-anak dibawa untuk berkelahi, setelah diberi tahu bahwa mereka akan terdaftar dalam kursus budaya atau sudah mengambil kursus tersebut.
Ada sembilan kasus di mana bantuan kemanusiaan diberikan atau ditolak kepada keluarga, “hanya atas dasar apakah anak-anak mereka berpartisipasi dalam pertempuran, termasuk kepada guru berdasarkan apakah mereka mengajarkan kurikulum Houthi.”
Panel tersebut mengatakan menerima daftar 1.406 anak yang direkrut oleh Houthi yang tewas di medan perang pada tahun 2020. Ada pula daftar 562 anak yang direkrut oleh pemberontak yang tewas di medan perang antara Januari hingga Mei 2021.
“Mereka berusia antara 10 hingga 17 tahun,” kata para ahli, dan “sejumlah besar” dari mereka terbunuh di Amran, Dhamar, Hajjah, Hodeida, Ibb, Saada dan Sanaa.
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata
Yaman telah dilanda perang saudara sejak 2014 ketika Houthi merebut Sanaa, ibu kota, dan sebagian besar bagian utara negara itu, memaksa pemerintah untuk melarikan diri ke selatan, lalu ke Arab Saudi. Hal ini menyebabkan pembentukan koalisi negara-negara Arab pada 2015, yang sekarang disebut Koalisi untuk Memulihkan Legitimasi di Yaman, yang berusaha mengembalikan pemerintah ke tampuk kekuasaan. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Agresi Israel Hantam Pusat Ibu Kota Lebanon