New York, MINA – PBB memperingatkan, pendidikan dan masa depan lebih dari dua juta anak-anak di Yaman terancam karena perang yang terus berlanjut di negara Timur Tengah itu.
Dalam sebuah laporan berjudul Pendidikan Terganggu: Dampak konflik terhadap pendidikan anak-anak di Yaman, lembaga PBB, UNICEF mengatakan pada Senin (5/7), lebih dari dua juta anak tidak bersekolah karena konflik selama bertahun-tahun dan kemiskinan ekstrem.
“Anak-anak tetap menjadi korban utama dari krisis yang mengerikan ini, dengan 11,3 juta membutuhkan beberapa bentuk bantuan kemanusiaan atau bantuan perlindungan,” kata laporan itu seperti dikutip dari Al Jazeera.
“Sekitar 8,1 juta anak membutuhkan bantuan pendidikan darurat di seluruh Yaman, meningkat dari 1,1 juta yang dilaporkan sebelum perang dimulai,” tambahnya.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Pada tahun 2014, kelompok bersenjata Houthi menguasai sebagian besar negara, termasuk ibu kota, Sanaa. Konflik meningkat secara signifikan pada Maret 2015 ketika koalisi militer negara-negara regional yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Uni Emirat Arab turun tangan untuk mencoba memulihkan pemerintahan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.
Perang di Yaman telah menyebabkan apa yang digambarkan oleh PBB sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia, dengan puluhan ribu tewas, jutaan mengungsi dan dua pertiga dari 30 juta penduduknya bergantung pada bantuan.
“Konflik memiliki dampak yang mengejutkan pada setiap aspek kehidupan anak-anak, namun akses ke pendidikan memberikan rasa normal bagi anak-anak bahkan dalam konteks yang paling putus asa dan melindungi mereka dari berbagai bentuk eksploitasi,” kata perwakilan UNICEF untuk Yaman Philippe Duamelle.
“Menjaga anak-anak di sekolah sangat penting untuk masa depan mereka sendiri dan masa depan Yaman,” ujarnya.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Menurut laporan tersebut, telah terjadi 231 serangan terhadap sekolah di Yaman sejak Maret 2015.
Sementara ada lebih dari 170.000 guru di Yaman belum dibayar secara teratur selama empat tahun terakhir.
“Ini menempatkan hampir empat juta anak tambahan pada risiko kehilangan pendidikan mereka karena guru yang tidak dibayar berhenti mengajar untuk menemukan cara lain untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka,” kata laporan itu.
“Mereka harus mencari pekerjaan alternatif, sehingga negara ini semakin kehilangan guru, jadi situasinya sangat mendesak,” kata Duamelle.
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata
Laporan itu mengatakan banyak gadis usia sekolah dipaksa menikah dini dan baik anak laki-laki maupun perempuan dipaksa menjadi pekerja anak atau direkrut untuk bertarung, lebih dari 3.600 anak di Yaman direkrut dalam enam tahun terakhir.
“Pendidikan ditantang dalam berbagai cara dalam konflik di Yaman. Konflik tersebut membatasi akses ke sekolah-sekolah karena sekolah-sekolah dihancurkan atau diduduki oleh penduduk yang terlantar atau kelompok-kelompok bersenjata. Hal ini membuat sangat sulit bagi anak-anak untuk pergi ke sekolah,” kata Duamelle.
“Sekolah tidak hanya memberikan pendidikan dan keterampilan penting kepada anak-anak, tetapi juga memberikan mereka perlindungan dari pekerja anak, perkawinan anak, dan bahaya lainnya,” tambahnya. (T/RE1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Agresi Israel Hantam Pusat Ibu Kota Lebanon