Yangon, MINA – Utusan Khusus PBB untuk Myanmar Christine Schraner Burgener menegaskan untuk diakhirinya kekerasan terhadap warga sipil, di tengah laporan puluhan kematian dalam tindakan keras terhadap mereka yang protes anti kudeta.
“Kami mengikuti peristiwa di Bago dengan laporan tentang artileri berat yang digunakan terhadap warga sipil dan perawatan medis untuk mereka yang terluka ditolak,” katanya. Demikian dikutip dari Saudi Gazette, Selasa (13/4).
Lebih dari 80 orang kehilangan nyawa pada Jumat ketika pasukan keamanan dilaporkan menggunakan senjata berat terhadap pengunjuk rasa di kota Bago, yang terletak sekitar 90 kilometer (56 mil) timur laut dari pusat komersial Yangon.
Sejak kudeta militer pada 1 Februari, ratusan warga sipil, termasuk 44 anak-anak, telah tewas dalam tindakan keras di seluruh Myanmar.
Baca Juga: Mahasiswa Yale Ukir Sejarah: Referendum Divestasi ke Israel Disahkan
Tak terhitung lagi yang terluka parah dan lebih dari 2.600 ditahan, termasuk banyak yang ditahan tanpa komunikasi atau dihilangkan secara paksa.
Beberapa ratus orang telah melarikan diri dari daerah yang dilanda kekerasan, termasuk banyak yang mengungsi ke negara tetangga.
PBB juga telah melaporkan kenaikan tajam harga pangan dan bahan bakar di banyak bagian negara itu, yang disebabkan oleh gangguan rantai pasokan dan pasar.
Sehingga membuat derita bagi kelompok miskin dan rentan untuk menyediakan makanan yang cukup bagi keluarga. (T/Hju/R1)
Baca Juga: PBB: Serangan Israel ke Suriah Harus Dihentikan
Mi’raj News Agency (MINA)