Jenewa, MINA – Lebih dari 1.600 orang migran dan pengungsi meninggal atau hilang di Laut Mediterania, ketika mereka berusaha mencapai Eropa sepanjang tahun 2018 ini.
Angka tersebut berdasarkan laporan Unperate Journeys UNCHR yang dirilis pada Senin (3/9), demikian Al Jazeera melaporkan.
Laporan itu mengungkapkan bahwa jumlah migran yang menyerang telah menurun pesat di tahun ini, tetapi jumlah kematian justru meningkat berdasarkan persentase jumlah kedatangan, pelayaran yang dilakukan lebih mematikan.
Menurut laporan itu, penyelundup manusia telah mengambil risiko besar dalam perjalanan karena meningkatnya pengawasan.
Baca Juga: Ratusan Rektor di AS Kecam Serangan Trump terhadap Dunia Akademis
Tahun lalu, sebanyak 2.276 orang meninggal ketika mencoba menyeberang dari daratan Afrika menuju Eropa, jadi rata-rara satu kematian untuk setiap 42 kedatangan.
Tahun ini, ada 1.095 kematian, atau satu dari setiap 18 kedatangan. Pada bulan Juni saja, proporsinya mencapai satu kematian untuk setiap tujuh kedatangan. Sementara itu ada sekitar 500 orang hilang.
“Laporan ini sekali lagi menegaskan Mediterania sebagai salah satu penyeberangan laut paling mematikan di dunia,” kata Direktur Biiro UNHCR untuk Eropa, Pascale Moreau.
“Dengan jumlah orang yang tiba di pantai Eropa turun, ini bukan lagi ujian apakah Eropa dapat mengelola angka-angka, tetapi apakah Eropa dapat mengumpulkan kemanusiaan untuk menyelamatkan nyawa,” tambahnya.
Baca Juga: Indonesia Tampilkan Keunggulan Kopi Nusantara di Specialty Coffee Expo 2025 di Houston
Orang yang bepergian ke Eropa terus terjadi dengan berbagai alasan.
Sebagian orang terus melarikan diri dari konflik bersenjata dan pelanggaran hak asasi manusia di negaranya, sementara yang lain mencari perlindungan internasional karena penganiayaan agama, etnis, politik atau dari berbagai bentuk kekerasan seksual atau berbasis gender. (T/RI-1/R01)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Parlemen Prancis Heningkan Cipta Kenang Jamaah Muslim yang Terbunuh di Masjid