New York, 25 Dzulqa’dah 1436/9 September 2015 (MINA) – Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) meminta Uni Eropa (UE) untuk menjamin relokasi bagi 200.000 pengungsi yang pergi dari negaranya semenjak krisis perang terjadi di Timur-Tengah.
Juru bicara Lembaga PBB untuk Urusan Kemanusiaan dan Pengungsi UNHCR Melissa Fleming mengatakan, pihaknya yakin bahwa hampir seluruh negara Eropa adalah negara kaya, benua yang bisa menampung sejumlah orang yang datang.
“Harus ada pemimpinUni Eropa yang mendirikan tempat-tempat penampungan dalam jumlah besar, seperti di Yunani, Italia, dan juga Hongaria. Di sana orang-orang yang tiba bisa masuk ke pusat-pusat penampungan dalam keadaan sehat dan layak, serta mengajukan permohonan suaka” kata Fleming, demikian IINA News, Selasa (8/9).
Dikatakan bahwa di bawah sistem saat ini, negara-negara di perbatasan Eropa tidak sedang terbebani.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
“Peristiwa itu bukan hanya hak Jerman tetapi untuk semua negara Eropa,” katanya saat konferensi pers beberapa waktu lalu, mengacu pada peran utama yang diambil Kanselir Jerman Angela Merkel dalam mengakhiri krisis pengungsi.
“Mereka hanya bisa bekerja jika sistem relokasi telah dijamin. Negara-negara Eropa berkata ya dan akan mengambil peran. Kami yakin hal itu akan mencapai angka 200 ribu, jumlah itu kami percaya perlu relokasi di negara-negara Eropa,” ujarnya.
Menurut data yang dihimpun PBB, pengungsi Suriah tiba di Macedonia sebanyak 7.000 pada Senin (7/9) lalu, sebanyak 30.000 berada di Yunani, dan 20.000 di Lisbon, Portugal.
Sementara itu, Presiden Uni Eropa, Donald Tusk memperingatkan bahwa krisis yang dialami pengungsi di Eropa adalah bagian dari eksodus di negara-negara yang di landa perang yang bisa berlangsung bertahun-tahun.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
“Gelombang pengungsi terbaru, terutama dari masyarakat Timur Tengah akan menjadi beban selama beberapa tahun mendatang,” katanya.
Para pemimpin Eropa berjuang untuk mencari solusi konflik berdarah di Suriah dan Irak, yang menyebabkan ratusan ribu pengungsi melakukan perjalanan berbahaya melalui perairan Balkan dan Mediterania. (T/Ima/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas