Jenewa, MINA – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, tindakan kekerasan sistematis Myanmar terhadap warga Rohingya di Negara Bagian Rakhine senagaja dirancang untuk menghapus jejak komunitas Muslim Rohingya secara permanen dari wilayah tersebut.
Sebuah laporan yang dikeluarkan, Rabu (11/10), di Jenewa, Swiss, oleh kantor HAM PBB menuduh tentara Myanmar, yang bergabung dengan gerombolan warga Buddha bersenjata, tidak hanya menyerang rumah dan desa Rohingya, namun juga berusaha menghapus bangunan-bangunan bersejarah’ di daerah Rohingya sehingga secara efektif kawasan itu tidak dikenali lagi.
“Serangan brutal terhadap Rohingya di utara Rakhine telah diorganisasikan dengan baik, terkoordinasi, dan sistematis, dengan tujuan untuk tidak hanya mengusir penduduk (Rohingya) keluar dari Myanmar namun juga mencegah mereka untuk kembali ke rumah mereka,” kata laporan penyelidikan itu seperti dilansir Channel News Asia yang dikutip MINA, Kamis (12/10).
Penyelidikan tersebut didasarkan pada wawancara dengan orang-orang yang melarikan diri ke Bangladesh sejak serangan oleh gerilyawan terhadap pasukan keamanan Myanmar di Rakhine pada 25 Agustus, yang memicu serangan militer besar-besaran.
Baca Juga: Erdogan Umumkan ‘Rekonsiliasi Bersejarah’ antara Somalia dan Ethiopia
Lebih dari setengah juta orang Rohingya telah melarikan diri dalam eksodus terakhir, menurut PBB.
Penyelidikan PBB menemukan bahwa gelombang terbaru operasi pembersihan ‘militer’ di Rakhine sebenarnya dimulai sebelum 25 Agustus, mungkin di awal Agustus, bertentangan dengan klaim oleh Myanmar bahwa tindakan keras tersebut merupakan tanggapan terhadap serangan militan.
Laporan oleh tiga anggota tim itu didasarkan pada 60 wawancara dengan perorangan dan kelompok di kamp pengungsi dan pemukiman di Cox’s Bazar, di negara tetangga Bangladesh, antara 14 dan 24 September. Lisa Schlein melaporkan untuk VOA dari kantor HAM PBB di Jenewa.
Laporan itu menuduh Myanmar menjalankan rencana yang terorganisasi, terkoordinasi, dan sistematis untuk menyerang secara brutal populasi Rohingya di Rakhine untuk mengusir mereka ke luar negeri dan mencegah mereka kembali ke rumah mereka.
Baca Juga: Trump: Rakyat Suriah Harus Atur Urusan Sendiri
Seorang pemantau HAM, Thomas Hunecke mengatakan, informasi yang dapat dipercaya menunjukkan pasukan keamanan Myanmar, bersama umat Buddha Rakhine bersenjata, telah melakukan pelanggaran HAM berat terhadap Muslim Rohingya.
Pelanggaran HAM itu termasuk penghancuran harta benda dan pembakaran tempat tinggal dan desa-desa.
“Kerusakan rumah, ladang, gudang makanan, tanaman pangan, ternak dan bahkan pepohonan, tidak akan memungkinkan warga Rohingya kembali ke kehidupan normal dan mendapat mata pencaharian pada masa depan di Rakhine utara,” ungkap Hunecke.
Hunecke mengatakan, pihak berwenang Myanmar mencoba menghapus tempat-tempat bersejarah dan mengubah Rohingya menjadi daerah terpencil dan tak dikenali.
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan
Para pengungsi tersebut mengatakan kepada penyidik PBB bahwa sebelum dan selama serangan, pasukan keamanan menggunakan megafon untuk memperingatkan penduduk desa agar melarikan diri ke Bangladesh, atau “kami akan membakar rumah kalian dan membunuh kalian.”
Laporan itu mengatakan, operasi pembersihan dimulai pada awal Agustus, jauh sebelum serangan yang dituduhkan itu terjadi pada akhir Agustus. Kepala HAM PBB, Zeid Ra-ad al-Hussein, menggambarkan operasi pemerintah di Rakhine itu sebagai pembersihan etnis yang klasik.”
Hunecke mengatakan kepada VOA bahwa tidak ada yang didengar atau dilihatnya bisa membantah kenyataan itu. (T/R11/B05)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Parlemen Brasil Keluarkan Laporan Dokumentasi Genosida di Gaza