New York, 12 Muharram 1437/25 Oktober 2015 (MINA) – Lebih dari 100 negara, Jumat, mendukung kode etik yang mendesak anggota Dewan Keamanan PBB agar menahan diri untuk tidak memberi veto pada resolusi-resolusi menghentikan kekejaman massal dan genosida.
Langkah itu muncul pada malam peringatan 70 tahun badan dunia tersebut.
Struktur Dewan Keamanan menghadapi kritik atas kekuasaan berlebihan lima anggota tetap pemegang hak veto – Inggris, China, Prancis, Rusia dan Amerika Serikat
Pada banyak kesempatan, kepentingan nasional negara-negara ini lebih mengedepan ketimbang “panggilan internasional bagi aksi kemanusiaan. Contoh terakhir dalam kaus ini adalah Suriah., demikian laporan Mi’raj Islamic News Agency (MINA), mengutip Sabah Daily.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Sejak Oktober 2011, veto telah dilakukan empat kali oleh Rusia dan China pada draft resolusi yang dirancang untuk mengatasi kejahatan yang dilakukan rezim Suriah. Selama beberapa dekade, AS telah secara konsisten menggunakan veto untuk melindungi Israel dari resolusi kritis atas perlakuan negara Yahudi terhadap warga Palestina.
Inisiatif Jumat – yang ditandatangani 104 negara, termasuk anggota tetap Dewan, Prancis dan Inggris – diluncurkan oleh Menlu Liechtenstein, Aurelia Frick, yang menyebut kode itu sebagai “katalis untuk budaya toleransi nol bagi kejahatan kekejaman dalam Dewan dan katalis bagi budaya akuntabilitas politik “.
Para penandatangan telah berjanji untuk tidak menolak rancangan resolusi “kredibel”redibel” di Dewan Keamanan yang bertujuan mencegah atau mengakhiri kejahatan terhadap kemanusiaan atau kejahatan perang.
Kode juga mengundang sisa 89 anggota PBB untuk menandatanganinya.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Lima anggota tetap Dewan Keamanan diberikan hak veto karena peran mereka dalam pembentukan PBB pada 1945 selaku pemenang
Perang Dunia II.
Hak veto sudah tak sesuai
Namun, banyak pihak menggambarkan hak istimewa yang dimiliki lima anggota tetap DK, sebagai ketinggalan zaman dan jauh dari keterwakilan realitas budaya dan geopolitik dunia sekarang.
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata
Kode itu dirancang kelompok 25 negara, dikenal sebagai Kelompok Akuntabilitas, Koherensi dan Transparansi, dipimpin Liechtenstein.
Simon Adams, Direkur Pelaksana Pusat Global bagi Tanggung Jawab untuk Melindungi, mengatakan: “Mereka yang menentang reformasi Dewan Keamanan PBB akan mengatakan bahwa ini hanyalah sebuah isu metode kerja atau pertanyaan untuk direnungkan secara pribadi oleh pengacara dan birokrat. Mereka salah. ”
“Ini adalah tentang orang-orang rentan yang merupakan tanggung jawab Dewan Keamanan PBB untuk melindungi. Ini adalah tentang mencegah kekejaman dan melindungi orang-orang yang jika tak memperoleh proteksi akan bernasib masuk ruang penyiksaan atau kuburan massal.”
Sementara itu, serangkaian perayaan mulai Jumat untuk menandai ulang tahun dari piagam PBB.
Baca Juga: Agresi Israel Hantam Pusat Ibu Kota Lebanon
Bangunan di seluruh dunia bermandikan cahaya biru, termasuk Gedung Empire State di New York, Piramida Agung di Mesir, Patung Kristus Sang Penebus di Rio de Janeiro, Tembok Besar di China, Hermitage Museum di Rusia dan kota kuno Petra di Yordania. (T/R07/R01)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Perdana Menteri Malaysia Serukan Pengusiran Israel dari PBB