Jenewa, MINA – Sebuah tim pencari fakta PBB yang memeriksa pelanggaran dalam perang sipil brutal di Sudan mengatakan pada Selasa (18/6), mereka sedang menyelidiki laporan perbudakan seksual di fasilitas penahanan dan serangan berbasis etnis terhadap warga sipil.
Perang telah berkecamuk selama lebih dari setahun antara militer reguler di bawah panglima militer Abdel Fattah al-Burhan dan Pasukan Dukungan Cepat paramiliter yang dipimpin oleh mantan wakilnya Mohamed Hamdan Daglo.
Misi Pencari Fakta Internasional Independen PBB yang baru dibentuk telah “menerima laporan yang dapat dipercaya mengenai banyak kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh faksi-faksi yang bertikai,” kata ketua misi Mohammed Chande Othman kepada Dewan Hak Asasi Manusia PBB di Jenewa, mengutip The Japan Times, Rabu (19/6).
“Perempuan dan anak perempuan telah dan terus menjadi sasaran pemerkosaan dan pemerkosaan berkelompok, penculikan dan kawin paksa,” kata Othman.
Baca Juga: Uni Eropa Berpotensi Embargo Senjata ke Israel Usai Surat Penangkapan ICC Keluar
Dia menambahkan, tim tersebut juga menyelidiki laporan perbudakan seksual dan penyiksaan seksual di fasilitas penahanan, termasuk terhadap laki-laki dan anak laki-laki.
Konflik, yang dimulai pada April 2023, telah mengakibatkan puluhan ribu kematian dan lebih dari 9 juta orang mengungsi, menurut PBB.
Dewan tersebut membentuk misi pencarian fakta enam bulan kemudian untuk menyelidiki dugaan pelanggaran dalam konflik tersebut.[]
Baca Juga: Israel Perintahkan Warga di Pinggiran Selatan Beirut Segera Mengungsi
Mi’raj News Agency (MINA)