Jenewa, MINA – Utusan Khusus PBB untuk Suriah, Geir Pedersen mendesak Israel untuk menghentikan serangkaian serangan militer dan pemboman di Suriah, beberapa hari setelah jatuhnya Presiden Bashar al-Assad.
“Kami terus melihat pergerakan dan pemboman Israel ke wilayah Suriah. Ini harus dihentikan. Ini sangat penting,” kata Pedersen kepada awak media di Jenewa, Selasa (10/12).
Menurut laporan Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, Israel melancarkan serangan terhadap situs militer paling penting di Suriah, termasuk lokasi senjata kimia dan senjata berat untuk mencegah jatuh ke tangan oposisi.
Lembaga tersebut mengatakan, angkatan udara Israel setidaknya melakukan lebih dari 300 serangan udara di seluruh Suriah sejak oposisi berhasil menggulingkan pemerintahan Bashar al-Assad yang telah berkuasa hampir tiga dekade, mengutip laporan Al Mayaaden.
Baca Juga: Al Mayadeen: Tank-Tank Israel Sudah Sampai Pinggiran Damaskus
Serangan tersebut menargetkan sejumlah lokasi, termasuk pusat penelitian, depot senjata, bandara, dan skuadron pesawat. Serangan tersebut juga melumpuhkan sistem pertahanan udara dan membuat beberapa lokasi tidak dapat dioperasikan.
Di antara lokasi yang diserang adalah fasilitas penelitian di Hama dan Damaskus, termasuk Pusat Penelitian Ilmiah Barzeh, yang sebelumnya telah menjadi sasaran. Fasilitas tersebut menarik perhatian pada tahun 2018 ketika diserang oleh koalisi pimpinan AS sebagai tanggapan atas dugaan program senjata kimia Suriah.
Di Damaskus, seorang reporter melihat gumpalan asap mengepul dari fasilitas Barzeh, sementara ledakan juga terjadi di tempat penyimpanan senjata. Ledakan keras terdengar di seluruh ibu kota.
Di kota pesisir Latakia, serangan udara merusak situs pertahanan udara Suriah, kapal angkatan laut, dan gudang di dekat pelabuhan, menurut Observatorium Suriah.
Baca Juga: PBB: 16 Juta Orang di Suriah Butuh Bantuan
Di Daraa, di barat daya Suriah, serangan menghantam posisi militer dan lokasi penyimpanan di daerah pedesaan barat dan utara, yang mengakibatkan dua orang tewas, Observatorium menambahkan.
Militer Israel menolak berkomentar mengenai serangan tersebut. Namun, sebelumnya pada Senin, Menteri Luar Negeri Israel Gideon Sa’ar mengatakan operasi tersebut menargetkan lokasi yang diduga sebagai tempat penyimpanan senjata kimia dan fasilitas roket jarak jauh.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Israel Caplok Golan, PBB Sebut Itu Pelanggaran