Jakarta, MINA – Agama bukan sumber konflik. Agama hadir justru untuk menyelesaikan konflik. Agama merupakan solusi perdamaian dunia. Untuk itu jangan ada yang berfikir untuk meniadakan pendidikan agama di sekolah.
Demikian ditegaskan oleh Ketua Pengurus Harian Tanfidzian Pengurus Besar Nadhdlatul Ulama (PBNU) Robikin Emhas dalam keterangannya yang diterima MINA di Jakarta, Ahad (7/7).
“Melalui agama Tuhan memperkenalkan dirinya, sehingga manusia mengenal sifat-sifat Tuhan. Kita mengenal Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang dan seterusnya justru karena peran agama,” katanya.
Menurut Robikin, melalui agama juga manusia mengenal bagaimana pola hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia lainnya, serta hubungan manusia dengan alam lingkungannya.
Baca Juga: Wamenag Sampaikan Komitmen Tingkatkan Kesejahteraan Guru dan Perbaiki Infrastruktur Pendidikan
“Semua itu dimaksudkan agar menusia dapat mencapai kebahagiaan hakiki, baik di dunia maupun setelah kematiannya,” katanya.
Sebelumnya, Praktisi Pendidikan Setyono Djuandi Darmono menyarakan agar pendidikan agama tidak perlu diajarkan di sekolah. Agama cukup diajarkan orangtua masing-masing atau lewat guru agama di luar sekolah.
“Mengapa agama sering menjadi alat politik? Karena agama dimasukkan dalam kurikulum pendidikan. Di sekolah, siswa dibedakan ketika menerima mata pelajaran (mapel) agama. Akhirnya mereka merasa kalau mereka itu berbeda,” kata Darmono usai bedah bukunya yang ke-6 berjudul Bringing Civilizations Together di Jakarta, Kamis (4/7).
Menurut Darmono, tanpa disadari, sekolah sudah menciptakan perpecahan di kalangan siswa. Mestinya, siswa-siswa itu tidak perlu dipisah dan itu bisa dilakukan kalau mapel agama ditiadakan. (L/R06/RI-1)
Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun
Mi’raj News Agency (MINA)