Pejabat: AS Mungkin Sumber Serangan Siber Skala Besar pada Iran

Teheran, MINA – Seorang pejabat senior mengatakan, berskala besar yang baru-baru ini menargetkan infrastruktur negara itu mungkin berasal dari Amerika Serikat (AS).

Pada 8 Februari lalu, layanan internet Iran mengalami gangguan selama beberapa jam. Otoritas telekomunikasi negara itu mengatakan, kejadian tersebut adalah hasil dari serangan siber DDoS yang kemudian bisa ditangani dengan cepat.

Menurut pejabat, serangan “DDoS” terdistribusi ”kuat” menyebabkan pengguna mengalami masalah koneksi.

Brigadir Jenderal Gholam-Reza Jalali, Kepala Organisasi Pertahanan Sipil Iran, mengatakan, serangan DDoS yang gagal mungkin berasal dari AS.

“Sangat sulit dan memakan waktu untuk melacak sumber serangan siber. Perusahaan Infrastruktur Telekomunikasi saat ini sedang mempelajari dan mencari sumber serangan siber baru-baru ini terhadap negara … tetapi analisis kami adalah bahwa AS adalah asalnya,” kata Jalali dalam sebuah wawancara televisi pada Kamis malam (13/2), demikian Press TV melaporkan.

“Serangan dunia maya Amerika telah digagalkan oleh unit pertahanan dunia maya kami,” katanya, tetapi pada saat yang sama ia memperingatkan bahwa serangan baru-baru ini mungkin dilakukan untuk mempelajari kelayakan serangan yang lebih besar.

“Karena orang Amerika gagal memberikan tanggapan militer terhadap penembakan baru-baru ini terhadap drone mereka di perairan Iran serta serangan rudal kami di pangkalan Ain Al-Assad (di Irak), mereka merespon negara kami melalui (sanksi) ekonomi berkelanjutan, tekanan dan serangan dunia maya,” kata Jalali.

“Kami telah berhasil mengendalikan serangan dunia maya mereka, dan mereka telah gagal merusak bagian mana pun,” katanya.

Meskipun serangan DDoS 8 Februari ditangani dengan segera menggunakan Benteng Teknologi Informasi Iran yang dikenal sebagai DEJFA, serangan itu masih mempengaruhi beberapa penyedia layanan di Iran, termasuk dua operator seluler terkemuka.

Penyerang DDoS biasanya menggunakan komputer yang dibajak atau terinfeksi virus untuk menargetkan situs web. Selama serangan seperti itu, situs web menjadi tidak terjangkau setelah sejumlah besar permintaan informasi dikirimkan kepada mereka, menyebabkan server yang menampungnya gagal. (T/RI-1/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)