Ankara, MINA – “Eropa akan menjadi wilayah Muslim,” kata pejabat terkemuka Turki, Alparslan Kavaklıoğlu, baru-baru ini.
Dalam hal ini dia menggemakan kembali pernyataan Recep Tayyip Erdoğan, yang mengatakan tahun lalu bahwa Muslim “adalah masa depan Eropa.” Demikian The New American melaporkan, Rabu (21/3).
Menariknya, Kavaklıoğlu juga memiliki kesamaan pemikiran dengan Kanselir Jerman Angela Merkel dan sejumlah pemimpin bahwa “kekhawatiran terbesarnya adalah ada ledakan mikro-nasionalisme” di benua itu.
Kavaklıoğlu, seorang anggota parlemen dari Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) dan Ketua Komisi Keamanan dan Intelijen di parlemen, menyampaikan komentar itu pada sebuah pertemuan partai baru-baru ini.
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu
Ia menyatakan, kemakmuran dan kekayaan dunia sekarang bergerak dari Barat ke Timur. Eropa sedang mengalami saat yang tidak biasa. Populasinya menurun dan menua. Eropa memiliki populasi yang sangat tua. Jadi, orang-orang yang datang dari luar mendapatkan pekerjaan di sana. Tetapi Eropa memiliki masalah ini,” ujarnya.
Ia melanjutkan, “Semua pendatang baru adalah Muslim. Dari Maroko, Tunisia, Aljazair, Afghanistan, Pakistan, Irak, Iran, Suriah, dan Turki. Mereka yang berasal dari tempat-tempat ini adalah Muslim. Sekarang pada tingkat seperti itulah nama paling populer di Brussels, Belgia adalah Muhammad. Nama kedua yang paling populer adalah Meli (Malih) dan yang ketiga adalah Ayşe (Aisha).
Kavaklıoğlu dengan tegas dan terbuka mengatakan populasi Muslim akan melebihi jumlah penduduk Kristen di Eropa. “Eropa akan menjadi Muslim. Kita akan berhasil di sana, Insya Allah. Saya yakin akan hal itu.”
Survei
Baca Juga: Inggris Hormati Putusan ICC, Belanda Siap Tangkap Netanyahu
Terpisah, komentar Kavaklıoğlu tentang perkembangan Muslim di Eropa segaris dengan hasil survei yang dilakukan Pew Research Center. Survei mencakup 28 negara Uni Eropa ditambah Norwegia dan Swiss.
Persentase populasi Muslim di Eropa akan meningkat lebih dari dua kali lipat sampai 2050. Demikian hasil studi yang dilakukan Pew Research Center tahun lalu, seperti dilansir Deutsche Welle.
Studi Pew Research Center menyebutkan populasi umat Muslim di Eropa akan mencapai 75 juta jiwa pada 2050. Peningkatan tersebut sangat tinggi bila didasarkan pada jumlah saat ini yang mencapai 25,8 juta jiwa.
Jumlah Muslim di benua itu diproyeksikan tetap akan tumbuh signifikan dengan atau tanpa faktor migrasi.
Baca Juga: Guido Crosseto: Kami akan Tangkap Netanyahu Jika Berkunjung ke Italia
Jika migrasi dihentikan saat ini juga, populasi Muslim di Eropa tetap akan tumbuh lebih cepat dari pada populasi seara keseluruhan.
Hal itu terjadi karena adanya perbedaan struktur usia dan fertilitas antara warga Muslin dan non-Muslim Eropa. Populasi Muslim di Eropa rata-rata lebih muda (30,4 tahun) daripada non-Muslim (43,8 tahun). Artinya, makin banyak juga perempuan Muslim pada usia subur. (T/R11/RS1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza