Pekan Film Indonesia di Tiga Kota di Suriah yang Dilanda Perang

Lattakia, 24 Dzulhijjah 1437/26 September 2016 (MINA) -Kedutaan Besar RI di Suriah mengadakan Festival di tiga kota di Suriah walau negara ini sedang dilanda perang, festival bermula sejak 21 September yang lalu di Lattaka, kemudian akan diadakan di Homs dan ibukota Damaskus.

Selama tiga hari berturut-turut sejak tanggal 21 hingga 23 September 2016, warga Kota Lattakia Suriah, terpukau oleh  film-film Indonesia yakni Habibie-Ainun, 5cm, dan Tenggelamnya Kapal Van der Wijck pada Pekan Film Indonesia yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Damaskus Suriah.

Sumber MINA di KBRI Damaskus melaporkan, pada pembukaan Pekan Film Indonesia di Gedung Kebudayaan Dar al-Assad (21/9), Gubernur Lattakia Mayjen Ibrahim Khudur Al-Salim menyampaikan bahwa Kota Lattakia mendapatkan kehormatan dipilih menjadi kota pertama diselenggarakannya Pekan Film Indonesia pertama di Suriah ini.

Selain itu, Gubernur Ibrahim yang juga turut menonton film Habibie-Ainun hingga selesai. Ia mengutarakan kekagumannya pada sikap patriotisme Presiden Habibie dan kehebatan bangsa Indonesia dalam industri dirgantara.
“Kami berharap Pekan Film Indonesia ini bukan yang pertama dan terakhir di Lattakia. Berikutnya bukan hanya film, tetapi juga kesenian Indonesia lainnya kami tunggu pagelarannya di Lattakia,” tutur Gubernur Ibrahim.

Sementara itu, Direktur Kebudayaan Lattakia, Majid Sorem, pada sesi diskusi film 5cm (22/9) menyampaikan bahwa penyelenggaraan Pekan Film Indonesia di Lattakia menjadi bukti nyata bahwa Indonesia adalah sahabat sejati Suriah.

Di tengah banyak negara yang bersikap memusuhi Suriah, justru Indonesia tetap membuka kedutaannya di ibukota Damaskus dengan kepala perwakilan setingkat duta besar, lanjutnya.

“Indonesia telah mendobrak ‘embargo kebudayaan’ terhadap Suriah dengan dimulainya penyelenggaraan Pekan Film Indonesia di Suriah ini,” ujar Direktur Kebudayaan, Majid Sorem, meminjam istilah embargo ekonomi yang tengah diderita oleh Suriah.

Menurut pengakuan Lidya Jarkas (23/9), mahasiswi Universitas Tishreen Lattakia, film Tenggelamnya Kapal Van der Wijck menjadi film favoritnya selama ia menonton tiga hari berturut-turut.

“Film ini sangat menyentuh hati,” jawab Lidya sambil menyeka air mata ketika ditanya film favoritnya.

Herjunot Ali dan Pevita Pierce layak dapat Oscar Award karena memainkan peran Zainuddin dan Hayati di film Kapal Van der Wijck ini, ujarnya.

Seorang kritikus film asal Lattakia yang juga selalu menonton setiap hari, Thareq Kherbek, menilai (24/9) bahwa strategi KBRI Damaskus menggunakan film sebagai alat promosi adalah sangat tepat. Sebab, menurutnya, di dalam sebuah film tidak hanya terkandung gambar, musik, dan cerita, tetapi juga nilai, emosi, dan kebudayaan yang terbungkus apik.

“Saat menonton film, kita secara langsung tetapi tidak sadar sedang disuguhi promosi tentang pemandangan, musik, nilai, sekaligus keluhuran kebudayaan Indonesia selama berjam-jam lamanya,” ujar Thareq Kherbek.

“Pekan Film Indonesia adalah strategi yang tepat dan jitu di tengah masyarakat Suriah yang bosan dan lelah dengan konflik,” imbuhnya.

Ditambahkan oleh Pejabat Penerangan Sosbud KBRI Damaskus, AM. Sidqi, bahwa penyelenggaraan Pekan Film Indonesia ini digelar di tiga kota besar di Suriah, yaitu Lattakia (21-23 September 2016), Homs (28-30 September 2016), dan Damaskus (5-8 Oktober 2016). Menurutnya, pemutaran film ini dimaksudkan salah satunya untuk mengembalikan citra positif Indonesia yang sering dipersepsikan sebagai bangsa pembantu.

“Setelah Pemerintah RI menghentikan pengiriman TKI ke seluruh negara Arab, termasuk Suriah, saatnya kita mengenalkan wajah positif dan keren Indonesia melalui film,” kata Sidqi. (T/P4/P011-P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rendi Setiawan

Editor: Rudi Hendrik

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.