Ramallah, MINA – Pelapor Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Hak Asasi Manusia di Wilayah Palestina, Francesca Albanese, menegaskan bahwa investigasinya selama setahun terakhir mengonfirmasi adanya genosida yang dilakukan Israel di Jalur Gaza.
Pernyataan itu disampaikan dalam sebuah sidang di Parlemen Spanyol yang bertajuk “Peran Embargo Militer dalam Proses Pembangunan Perdamaian”.
Sidang ini diadakan sebagai bagian dari kampanye yang diluncurkan oleh organisasi Rescop, bertujuan untuk menghentikan penjualan senjata ke Israel guna mencegah genosida terhadap rakyat Palestina.
Dalam pidatonya, Albanese menyebut bahwa tindakan Israel di Jalur Gaza adalah bentuk operasi penghancuran intensif yang secara jelas memenuhi definisi genosida.
Baca Juga: ICESCO Tetapkan Keffiyeh Jadi Warisan Budaya Tak Benda Palestina
“Saya mendedikasikan setahun terakhir untuk mendokumentasikan genosida yang dilakukan oleh Israel di Palestina,” ungkapnya, seperti dikutip dalam laporan Wafa, Selasa (19/11).
Albanese juga menjelaskan bahwa penyelidikannya melibatkan kerja sama dengan 30 ahli PBB, serta didukung oleh keputusan Mahkamah Internasional pada Juli lalu yang memperkuat klaim genosida ini.
Menurutnya, tindakan Israel telah menyebabkan kerusakan yang tak dapat diperbaiki bagi kehidupan rakyat Palestina di Gaza.
Ia menegaskan pentingnya negara-negara anggota PBB untuk mematuhi keputusan Mahkamah Internasional, seraya mengkritik keras perdagangan senjata dengan Israel sebagai pelanggaran Piagam PBB.
Baca Juga: Israel Akui 66 Tentaranya Cedera dalam 24 Jam
“Memberlakukan embargo senjata saja tidak cukup. Langkah berikutnya adalah memutus semua hubungan militer, akademis, dan diplomatik dengan Israel,” tambahnya.
Dalam laporan terpisah, Wafa menyebutkan bahwa pasukan Israel telah melakukan tiga pembantaian terhadap keluarga Palestina di Jalur Gaza dalam 24 jam terakhir. Insiden ini menyebabkan tewasnya sedikitnya 50 warga dan melukai 110 lainnya.
Hingga kini, otoritas kesehatan setempat melaporkan total korban tewas sejak serangan Israel dimulai pada 7 Oktober 2023 telah mencapai 43.972 jiwa, dengan 104.008 lainnya terluka. Mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak. Namun, banyak mayat masih terperangkap di bawah reruntuhan atau tergeletak di jalanan karena pasukan Israel menghalangi akses tim penyelamat dan ambulans.
Kondisi ini menegaskan urgensi komunitas internasional untuk mengambil langkah konkret dalam menghentikan kekerasan yang terus berlangsung di wilayah tersebut. []
Baca Juga: Menteri Keuangan Israel Serukan Pendudukan Penuh di Gaza Utara
Mi’raj News Agency (MINA)