Semarang, MINA – Majelis Dakwah Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Wilayah Jawa Tengah Utara menggelar pelatihan dai di Masjid Al-Hikmah, Kota Semarang, pada Ahad (9/3).
Kegiatan ini diikuti oleh puluhan dai muda dan aktivis keagamaan, dengan menghadirkan Ustadz Deni Rahman, S.Sos.I., M.Kom., dari Majelis Dakwah Pusat sebagai pemateri.
Dalam pelatihan ini, Deni mengangkat tema “Literasi Dakwah: Strategi Dakwah Jamaah Imamah di Era Globalisasi”, menyoroti pentingnya integrasi budaya literasi dalam aktivitas dakwah guna menjawab tantangan umat di era modern.
Deni memperkenalkan dua konsep utama dalam materi yang disampaikannya, yakni dakwah literasi dan literasi dakwah.
Baca Juga: Cuaca Jabodetabek Akhir Pekan Ini Berpotensi Hujan Ringan
Dakwah literasi, menurutnya, adalah ajakan kepada masyarakat untuk mencintai budaya membaca serta memahami Islam melalui sumber bacaan yang otoritatif dan tidak menyimpang.
“Pemahaman umat tidak boleh hanya bergantung pada ceramah. Mereka harus dibiasakan berpikir mandiri melalui literasi agar lebih kritis dalam memahami ajaran Islam,” tegasnya.
Sementara itu, literasi dakwah menekankan pentingnya peran dai dalam menulis karya berbasis keislaman, seperti buku, artikel, atau konten edukatif.
“Selama ini, masyarakat lebih banyak mendengar ceramah dai. Kini, saatnya para dai menulis dan menghasilkan karya tulis agar dakwah tidak terbatas pada lisan, tetapi juga menyentuh ranah tulisan. Ini akan membawa transformasi besar dari dakwah bil-lisan ke dakwah bil-qalam,” jelasnya.
Baca Juga: Gerai Z-Ifthar Baznas Brebes: Kebangkitan UMKM, Berkah Ekonomi Mengalir di Ramadhan
Deni juga menguraikan empat tantangan utama yang dihadapi para dai di era globalisasi, yaitu: Materialisme (maddiyah) – Perubahan orientasi hidup masyarakat yang lebih condong ke nilai-nilai duniawi.
Individualisme, yaitu melemahnya rasa kebersamaan dan gotong royong dalam kehidupan sosial. Kemudian Sekularisme atau pemisahan agama dari kehidupan sosial yang semakin marak.
Selanjutnya relativisme moral, yakni melemahnya norma etika dan hukum agama dalam menyelesaikan persoalan.
Menurutnya, keempat tantangan ini menuntut metode dakwah yang lebih inovatif dan relevan dengan perkembangan zaman.
Baca Juga: Gubernur Tinjau Jalan Nasional Jambi-Sumbar yang Putus Diterjang Banjir
“Dakwah tidak boleh stagnan. Jika dulu cukup dengan ceramah di masjid, kini para dai harus hadir di media sosial, menulis buku, dan menciptakan konten kreatif yang relevan dengan isu-isu kekinian,” tambahnya.
Deni berharap pelatihan ini dapat membangkitkan kesadaran baru di kalangan dai untuk memperkuat literasi dalam dakwah mereka.
“Dakwah literasi bukan sekadar gerakan membaca, tetapi membangun peradaban. Jika umat Islam melek literasi, mereka akan lebih kritis, inklusif, dan mampu membedakan sumber yang sahih dengan yang menyesatkan,” tandasnya.
Pelatihan ini juga menghadirkan Dr. Nurohim sebagai pembicara pembuka dan Imam Yakhsyallah Mansur sebagai pembicara penutup. []
Baca Juga: Pascabanjir, BAZNAS Lakukan Resik Masjid dan Layanan Kesehatan
Mi’raj News Agency (MINA)