Peluncuran Sustainable Spices Initiative Indonesia Wadah Strategis Rempah Berkelanjutan

Jakarta, MINA – Sebuah wadah untuk sektor di bernama Sustainable Spices Initiative Indonesia (-I) diluncurkan secara resmi, Kamis (29/4).

akan menjadi wadah strategis bagi para pemangku kepentingan di bidang rempah-rempah untuk menyalurkan beragam inisiatif guna memastikan terwujudnya sektor rempah berkelanjutan di Indonesia.

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI, Dr. Ir. Musdhalifah Machmud, M.T, dalam sambutannya, menyampaikan dukungannya terhadap lahirnya SSI Indonesia yang terhubung langsung dengan SSI di tingkat global.

“Kami harap wadah ini bisa memunculkan berbagai inisiatif baru yang dapat berkontribusi pada peningkatan sektor pangan dan agribisnis. Utamanya untuk pemberdayaan petani kecil dan meningkatkan akses peluang pasar yang berdampak positif pada kehidupan petani dan lingkungan,” kata Musdhalifah.

Selanjutnya, komitmen pemerintah untuk mewujudkan rempah-rempah berkelanjutan di Indonesia diwujudkan secara nyata dengan penandatanganan nota kesepahaman antara Kementerian Pertanian RI dengan SSI Indonesia tentang ‘Pengembangan Komoditas Rempah dan Tanaman Obat Secara Berkelanjutan dalam Mendukung Ekspor’ yang telah dilakukan pada 23 Maret 2021 lalu.

“Saya berharap implementasi kerjasama yang mengacu pada nota kesepahaman ini dapat meningkatkan nilai tambah, daya saing serta akses pasar, meningkatan volume serta nilai ekspor komoditas rempah dan tanaman obat di Indonesia di pasar internasional,” jelas Ir Dedi Junaedi, M.Sc., Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Kementerian Pertanian RI.

Platform nasional sektor rempah di beberapa negara telah berhasil membuktikan kemitraan yang kuat untuk menyelaraskan penyelesaian berbagai masalah di sektor ini. Selain itu, sudah ,saatnya pelaku sektor rempah-rempah menjadikan ‘kelestarian lingkungan’ sebagai strategi jangka panjang.

Ketua Sustainable Spices Initiative Global, Alfons Van Gulick, mengatakan, pembentukan wadah ini bertujuan untuk menjamin ketersediaan produk yang cukup di masa mendatang dan penekanan kepada hubungan satu sama lain sebagai masyarakat global.

“Kita harus menyelesaikan permasalahan bersama terkait rendahnya pendapatan petani, dampak perubahan iklim, minimnya inovasi praktik bertani, di antara permasalahan isu keberlanjutan lainnya di sektor rempah-rempah. Dengan kata lain, bisnis di sektor rempah akan berhasil jika dilakukan secara inklusif dan bertanggung jawab,” tutur Alfons.

Adapun pembentukan SSI Indonesia didasari oleh pentingnya suatu kolaboraborasi dan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam menghadapi tantangan di sektor rempah-rempah di Indonesia.

Permasalah tersebut diantaranya adalah kurangnya fasilitas dan alat untuk bertani yang lebih baik, adanya hama dan penyakit, dampak akibat perubahan iklim, pengetahuan petani yang minim tentang praktik baik budidaya rempah, tuntutan pasar global untuk rempah-rempah yang berkelanjutan, hingga berkurangnya jumlah petani karena profesi ini belum bisa menunjang kesejahteraan yang lebih baik.

Ketua SSI Indonesia, Dippos Naloanro Simanjuntak, mengatakan, ke depannya peluang pasar internasional untuk rempah yang berkelanjutan sangat terbuka untuk Indonesia.

“Selain tujuan ekonomi, SSI Indonesia ingin agarsektor rempah dapat memberikan dampak keberlanjutan bagi kehidupan sosial dan lingkungan. Ini sangat sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan yang menjadi agenda PBB,” kata Dippos.

Terdapat lima isu proritas yang menjadi perhatian SSI Indonesia yaitu, peningkatan pendapatan petani, peningkatan good agricultural practices atau Norma Budi daya Baik (NBB), terciptanya model perdagangan yang adil dan menguntungkan petani, memastikan implementasi kebijakan pertanian berkelanjutan dengan dukungan sektor swasta dan pemangku kepentingan lainnya, serta peningkatan layanan laboratorium.

Lebih lanjut Dippos menjelaskan akan terdapat lima area fokus kerja sama yang akan dilakukan SSI Indonesia dengan Kementerian Pertanian RI untuk sektor rempah berkelanjutan. Pertama, meningkatkan akses pasar global terhadap rempah-rempah yang berkelanjutan. Kedua, mempromosikan praktik berkelanjutan dan mata pencaharian petani yang lebih baik. Ketiga, mendorong generasi muda sebagai petani. Keempat, meningkatkan nilai tambah rempah dan produk turunannya. Terakhir, meningkatkan infrastruktur kualitas ekspor.

Untuk mencapai misinya, SSI Indonesia telah membuat peta jalan yang akan dilakukan selama lima tahun ke depan, mulai 2020 hingga 2025. Pada tahun 2025, SSI Indonesia menargetkan kenaikan pendapatan petani minimal 10%, meningkatkan praktik Norma Budi daya Baik, melakukan model bisnis yang berkelanjutan, memperkuat kebijakan untuk rempah berkelanjutan dan meningkatkan ekspor sebanyak tiga kali.

Dalam rangka mencapai peta jalannya, SSI Indonesia membentuk tiga kelompok kerja, sebagai salah satu upaya untuk mengajak partisipasi aktif anggota-anggota SSI Indonesia. Ketiga kelompok kerja tersebut adalah kelompok kerja pertama yang fokus pada dampak sosial, kelompok kerja kedua yang fokus pada pertanian berkelanjutan dan ketahanan pangan dan kelompok kerja yang ketiga fokus pada akses pasar.

“Untuk mengimplementasikan peta jalan SSI Indonesia di lima tahun ke depan, tentunya SSI Indonesia memerlukan dukungan dari semua pihak, khususnya pemerintah, sektor swasta, NGO, mitra pembangunan, akademisi, lembaga penilitian dan juga organisasi atau komunitas petani. Kami percaya kolaborasi tersebut adalah kunci untuk dimulainya perjalanan menuju sektor rempah berkelanjutan di Indonesia,” pungkas Dippos.(R/R1/P2)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.