Rafah, 14 Muharram 1435/ 18 November 2013 (MINA)- Pemerintah sementara Mesir mengatakan perbatasan Rafah dengan Jalur Gaza akan dibuka mulai Selasa (19/11) sampai tiga hari ke depan, namun masih memberlakukan pembatasan ketat bagi warga Gaza dan hanya membatasi untuk warga yang memiliki passpor internasional saja.
Maher Abu Sabha, direktur penyeberangan dan perbatasan di Kementerian Dalam Negeri Palestina di Gaza mengatakan perbatasan akan dibuka mulai pukul 9 pagi sampai 3 sore waktu setempat, PIC yang dikutip MINA (Mi’raj News Agency) melaporkan.
Pihak berwenang Mesir telah berulang kali menutup Rafah sejak kudeta militer yang menggulingkan presiden Mesir terpilih secara demokrasi Muhammad Mursi awal Juli lalu dan membukanya hanya beberapa hari dengan memberlakukan pembatasan yang hampir tidak memungkinkan bagi warga Gaza.
Sementara itu duta besar Palestina Barakat al-Farra mengonfirmasi pada Ahad (7/11) bahwa perbatasan satu-satunya bagi warga Gaza untuk keluar itu akan dibuka hanya pada Selasa, Rabu, dan Kamis. Walaupun hanya tiga hari, Al-Farra berterima kasih kepada Mesir dan semua pihak yang terlibat dalam membuka kembali Rafah.
Baca Juga: RSF: Israel Bunuh Sepertiga Jurnalis selama 2024
Kali ini, prioritas akan diberikan kepada warga Gaza yang membutuhkan medis di Mesir, PIC menambahkan. Sementara itu, Maher Sabha meminta pihak berwenang Mesir untuk tetap membuka perbatasan di tengah kondisi krisis yang melanda Gaza sejak blokade Israel dan penutupan terowongan oleh Mesir beberapa waktu lalu.
Pada Ahad (17/11), puluhan warga Palestina yang tinggal di area Rafah, Gaza selatan, memprotes penutupan perbatasan dengan Mesir itu, menyusul keputusan pemerintah sementara Mesir yang menutup perbatasan sejak militer menggulingkan presidennya.
Sejak Mesir memanas akibat konflik internal mereka, militer Mesir yang didukung Israel menutup puluhan terowongan yang dibuat warga Gaza sebagai jalan alternatif untuk menyelundupkan kebutuhan pokok yang dilarang Israel sejak penjajah itu menetapkan blokade atas jalur Gaza dari semua sisi kehidupan. Akibat penutupan terowongan, sekitar 1,7 juta warga Gaza kini hidup dalam kondisi yang semakin kritis sejak habisnya kebutuhan bahan bakar untuk listrik dan pemakaian sehari-hari.(T/P010/R2)
Baca Juga: Setelah 20 Tahun AS Bebaskan Saudara Laki-Laki Khaled Meshal