Ashgabat, Turkmenistan, 5 Rabi’ul Akhir 1437/15 Januari 2016 (MINA) – Pihak berwenang Turkmenistan telah mendesak toko-toko di negara itu untuk menghentikan penjualan rokok setelah presiden menyerukan kepada warga untuk menghentikan kebiasaan merokok.
“Pejabat negara antinarkotika datang ke toko kami baru-baru ini dan meminta kami untuk menyingkirkan rokok-rokok dari rak, mengancam kami dengan denda besar,” kata Bairam Saryev, 34, seorang pemilik sebuah toko kecil di Ibu Kota Ashgabat, Kamis (14/1) waktu setempat.
Toko Saryev adalah salah satu dari yang ditargetkan dalam razia di negara Asia Tengah itu, setelah Presiden Gurbanguly Berdymukhamedov mengkritik strategi antimerokok di negara itu pada pertemuan pemerintah yang disiakan televisi pada 5 Januari, Medical Press melaporkannya seperti dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Berdymukhamedov, mantan dokter gigi, memperingatkan akan memecat kepala badan antinarkotika, yang dikenal sebagai Badan Negara untuk Keamanan Masyarakat Sehat, menyerukan tindakan menyeluruh untuk memberantas kebiasaan merokok.
Baca Juga: Pusat Budaya dan Komunitas Indonesia Diresmikan di Turki
“Sejak itu, pemilik kios dan toko-toko hanya menjual rokok di bawah meja dan hanya untuk pelanggan dan teman-teman,” kata salah satu pedagang kios di Ashgabat bernama Vepa.
Meski sudah ada instruksi dari pemimpin negara, larangan penjualan rokok hingga berita ini ditulis belum resmi diumumkan atau dipublikasikan oleh pemerintah.
Tapi Vepa, 24, mengatakan denda karena melanggar larangan tersebut sebesar 10 (rata-rata) gaji bulanan. Menurut dia, langkah pemberangusan ini juga telah mengakibatkan harga rokok melonjak tinggi atau dua kali lipat dari biasanya, sekitar 25 manat hingga 50 manat (lebih dari Rp194 ribu) per bungkus.
“Karena harga tinggi, penjualan rokok batangan tumbuh,” tandasnya.
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
Presiden Berdymukhamedov, yang mlai berkuasa di negara Kaspia itu pada 2006, telah memimpin langsung kampanye dan penindakan keras terhadap perokok. Hasilnya, Turkmenistan saat ini menjadi negara dengan persentase terendah perokok di dunia, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Tahun lalu, Kepala WHO Margaret Chan mengatakan hanya delapan persen dari populasi Turkmenistan, negara pecahan Uni Soviet, yang merokok dan menyebutnya sebagai ‘indikator nasional terendah di dunia’.
Presiden sebelumnya, Saparmurat Niyazov, adalah seorang perokok yang menghentikan kebiasaannya itu pada tahun 2000 setelah menjalani operasi jantung dan kemudian menandatangani dekrit antimerokok.
Sejak saat itu, langkah-langkah atau kampanye antirokok terus diterapkan secara bertahap secara ketat di negara dengan penganut Islam meyoritas itu, termasuk penaikan pajak cukai tembakau pada tahun 2011 dan larangan merokok di tempat umum pada 2013.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Langkah-langkah ini telah membuat rokok di Turkmenistan lebih mahal dari pada di negara lain di wilayah bekas Uni Soviet ini. (T/P022/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu