Riyadh, MINA – Pemerintah Yaman yang diakui secara internasional menandatangani perjanjian pembagian kekuasaan dengan kelompok bersenjata selatan pada Selasa (5/11), dalam inisiatif yang diperantarai Arab Saudi untuk mengakhiri konflik perang saudara mereka.
Kerusuhan di selatan terjadi yang berujung diambilalihnya Aden, ibu kota sementara Yaman, oleh kelompok selatan. Koalisi pimpinan Saudi menyerang melawan pemberontak Houthi menimbulkan kekhawatiran bahwa negara itu dapat hancur total.
“Perjanjian ini akan membuka era baru stabilitas di Yaman. Kerajaan Arab Saudi mendukung Anda,” kata Pangeran Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman pada upacara penandatanganan di Riyadh yang ditayangkan di televisi pemerintah, demikian Nahar Net melaporkan.
Presiden Yaman Abd-rabbo Mansour Hadi dan pemimpin STC Aidarous Al-Zoubeidi menghadiri upacara tersebut.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Kesepakatan itu dilaporkan akan melihat Dewan Transisi Selatan (STC) menyerah kepada sejumlah kementerian, pemerintah Yaman akan kembali ke Aden, menurut pejabat media dan laporan Saudi.
Utusan khusus PBB untuk Yaman Martin Griffiths ikut menyaksikan kesepakatan yang katanya akan mendorong upaya untuk mengakhiri perang saudara yang lebih luas yang telah menghancurkan negara itu.
“Penandatanganan perjanjian ini merupakan langkah penting bagi upaya kolektif kami untuk memajukan penyelesaian damai bagi konflik di Yaman,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Pasukan Sabuk Keamanan – yang didominasi oleh STC – pada Agustus mengambil kendali Aden, yang telah berfungsi sebagai pangkalan pemerintah yang diusir dari ibu kota Sanaa oleh pemberontak Houthi pada 2014.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Bentrokan antara kelompok selatan dan pasukan pemerintah, yang sebelumnya bertempur di pihak yang sama melawan Houthis selama bertahun-tahun, menimbulkan kekhawatiran bahwa negara itu dapat terpecah dengan dampak yang menghancurkan. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata