Quetta, MINA – Pelaksanaan pemilihan umum di Pakistan pada Rabu, 25 Juli, diserang bom yang sedikitnya menewaskan 28 orang dan melukai 35 lainnya. Kelompok Islamic State (ISIS) di negara itu mengklaim bertanggung jawab.
Ledakan besar terjadi saat pemungutan suara di kota barat daya Quetta, ibu kota Balochistan, provinsi termiskin dan paling bergolak di negara itu.
Serangan terjadi hanya beberapa jam setelah pemilihan dibuka, demikian Press TV melaporkan.
Pengerahan hingga 800.000 polisi dan pasukan militer di seluruh negeri di hari itu, ternyata gagal mencegah serangan terhadap pemungutan suara pada masa transisi kekuasaan yang langka dalam sejarah 71 tahun Pakistan.
Baca Juga: Tiongkok Harapkan Gencatan Senjata Permanen di Gaza
Pemungutan suara dimulai di 85.000 tempat pada pukul 8 pagi waktu setempat dan akan ditutup pada jam 6 sore.
Hasil akhir diharapkan akan diumumkan dalam 24 jam setelah pemungutan suara, tetapi hasil awal akan keluar larut malam ini.
Beberapa pekan terakhir di masa kampanye, terjadi serangkaian serangan militan yang menewaskan lebih dari 180 orang, tiga di antaranya adalah kandidat.
Persaingan ketat telah berlangsung antara partai Perdana Menteri Nawaz Sharif yang dipenjarakan – Liga Muslim Pakistan-Nawaz (PML-N), dan mantan bintang kriket Imran Khan dengan Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI).
Baca Juga: Ribuan Warga AS Gelar Aksi Demo Jelang Pelantikan Trump
Jajak pendapat terakhir menunjukkan bahwa mantan pahlawan kriket memimpin perlombaan untuk menjadi perdana menteri Pakistan berikutnya. (T/RI-1/B05)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Paus Fransiskus Sebut Rencana Deportasi Imigran oleh Trump Sebagai Aib Besar Bagi Kemanusiaan