Sanaa, Yaman, 30 Sya’ban 1436/17 Juni 2015 (MINA) – Pemimpin milisi Houthi houthi/">Abdulmalek Al-Houthi, menuduh pemerintah Yaman di pengasingan memaksakan agendanya sendiri di PBB dan di pembicaraan damai Jenewa.
“Mereka mencoba memaksakan agendanya sendiri,” kata Houthi dalam pidato yang disiarkan televisi Al-Masirah, Selasa (16/6), menuduh pemerintah Yaman menggunakan PBB dan utusan Ismail Ould Cheikh Ahmed sebagai “alat”.
Delegasi pemberontak ini telah menunda keberangkatannya dari Sanaa ke Jenewa pada Ahad, karena perbedaan dengan PBB tentang formalitas pembicaraan yang dibuka Senin, sehari kemudian dari yang dijadwalkan.
Mereka telah mempermasalahkan sebuah pernyataan yang diposting pada halaman Facebook Ould Cheikh Ahmed yang dianggap sebagai pernyataan resmi PBB, Nahar Net yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Postingan itu memuat nama-nama berbagai pihak yang ikut ambil bagian dalam pembicaraan, tanpa mengklasifikasikannya sebagai pemerintah yang sah dan oposisi.
Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan
Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi menegaskan, Selasa, pemerintahannya hanya akan membahas dialog dengan oposisi jika resolusi Dewan Keamanan PBB dilaksanakan, yaitu penarikan oposisi dari wilayah yang mereka sita.
Houthi menuding, pemerintah berusaha menghambat setiap pembicaraan serius yang hasilnya bisa mengatasi situasi politik di negara itu.
“Mereka ingin kekacauan,” kata Houthi.
Houthi bersama pasukan yang setia kepada mantan presiden Ali Abdullah Saleh, menguasai ibukota Yaman pada September dan kemudian memperluas kekuasaannya ke seluruh negeri, berperang melawan pasukan pendukung Presiden Hadi.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Konflik di Yaman sejauh ini telah menewaskan lebih 2.500 orang sejak Maret. (T/P001/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama