Jakarta, MINA – Pemerintah Rrovinsi Jawa Tengah memberi perhatian serius atas ancaman krisis pangan yang diprediksi terjadi pada 2023 mendatang .
Sejumlah langkah dirancang mulai dari optimalisasi musim tanam, peningkatan stok produksi hingga intervensi harga. Data Distanbun Jateng terkait produksi pangan strategis (padi, jagung, kedelai-pajale) hanya kedelai yang minus. Sementara komoditi padi dan jagung untuk konsumsi dan pakan ternak melebihi kebutuhan. Demikian rilis pemrov Jateng diterima MINA, Senin (24/10).
Plt Kabid Tanaman Pangan, Indri Nur Septiorini menyatakan masih optimistis dengan produksi tanaman pangan pada 2023. Meski demikan, pihaknya mengakui kondisi harga dan ketersediaan pangan juga berkaitan erat dengan stabilitas ekonomi dan pasokan energi nasional.
Selain itu, petani difasilitasi dengan pupuk organik untuk perbaikan struktur dan tesktur tanah sehingga tanah menjadi subur. Selain itu, benih unggul dan bersertifikat serta diberikan guna mendukung percepatan dan efisiensi usaha tani.
Baca Juga: Prof. El-Awaisi Serukan Akademisi Indonesia Susun Strategi Pembebasan Masjidil Aqsa
Petugas yang memberikan pelatihan peningkatan kapasitas petani juga disiagakan. Tidak kalah pentingnya, pendampingan dan pengawalan dalam pengamanan pertanaman oleh Petugas Pengamat organisme penggangu tanaman (OPT) melalui peramalan dan pengendalian.
Data prognosa (perkiraan) yang dikompilasi oleh Dishanpan hingga akhir Desember 2022 ketersediaan beras di Jateng mencapai 10.038.575 ton. Sedangkan kebutuhan konsumsi diperkirakan 3.244.363 ton.
Jawa Tengah menjadi provinsi yang melimpah produksi pangan alternatif seperti ubi kayu yang produksinya mencapai 2.288.971 ton di September 2022, ubi jalar 114.415 ton, kacang tanah 58.423 ton dan kacang hijau 24.590 ton. (R/P2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Syeikh Palestina: Membuat Zionis Malu Adalah Cara Efektif Mengalahkan Mereka