London, MINA – Seorang pendeta pensiunan berusia 83 tahun ditangkap karena menentang larangan baru yang diberlakukan terhadap kelompok pro-Palestina Palestine Action, beberapa jam setelah kelompok tersebut secara resmi dilarang oleh pemerintah Inggris.
Pendeta Sue Parfitt, dari Bristol, ditahan karena memegang plakat bertuliskan: “Saya menentang genosida. Saya mendukung Palestine Action.” Middle East Eye melaporkan.
Dia termasuk di antara lebih dari 27 orang yang ditangkap pada Sabtu (6/7) karena tindakan pembangkangan terhadap larangan tersebut.
Penangkapan Parfitt memicu kemarahan yang meluas di media sosial. Seorang pengguna menyebutnya “langkah otoritarianisme & tindakan keras terhadap kebebasan berbicara & berekspresi,” sementara yang lain mempertanyakan apakah sekarang ilegal untuk memanggilnya “pahlawan.”
Baca Juga: Anak Diaspora Berpakaian Adat Bugis Sambut Presiden Prabowo di Brasil
Temannya, Jerry Hicks, menuntut pembebasannya, dengan menyatakan: “Dia menentang genosida & itu bukan kejahatan.”
“Sungguh tindakan yang sangat berani dari Pendeta Sue Parfitt. Mereka adalah orang-orang yang akan kita kenang dengan penuh kasih ketika semua ini hanya mimpi buruk yang jauh,” ujar pengguna media sosial lainnya.
Penangkapan itu terjadi tepat setelah tengah malam pada Sabtu, saat perintah pemerintah untuk melabeli Palestine Action sebagai kelompok teroris mulai berlaku secara hukum. Mendukung atau bergabung dengan kelompok tersebut kini dapat dikenai hukuman hingga 14 tahun penjara.
Menteri Dalam Negeri Yvette Cooper mengumumkan larangan tersebut setelah Palestine Action mengaku telah merusak dua pesawat Voyager di RAF Brize Norton di Oxfordshire pada tanggal 20 Juni. Polisi Inggris mengeklaim total kerusakannya bernilai sekitar £7 juta.
Baca Juga: Ratusan Orang di Stockholm Gelar Aksi Protes Genosida Israel terhadap Palestina
Palestine Action telah berupaya menunda langkah tersebut melalui pengadilan. Permohonan Pengadilan Tinggi untuk bantuan sementara ditolak pada Jumat, dan Pengadilan Banding menegakkan keputusan tersebut kurang dari dua jam sebelum larangan tersebut mulai berlaku.
Anggota parlemen telah memberikan suara mayoritas pada Rabu untuk melarang kelompok aksi langsung tersebut, bersama dengan Neo-Nazi Maniacs Murder Cult dan Russian Imperial Movement.
Para pembela hak asasi manusia mengkritik keputusan tersebut sebagai tanggapan yang tidak proporsional, yang bertujuan membungkam perbedaan pendapat.
Sejak didirikan pada tahun 2020, Palestine Action telah menargetkan perusahaan-perusahaan yang memasok senjata ke Israel, dengan mengatakan bahwa kelompok tersebut bertujuan menutup fasilitas-fasilitas yang terlibat dalam kejahatan perang Israel. Kelompok tersebut menyangkal adanya afiliasi dengan aktivitas teroris. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Uni Eropa akan Ajukan Sanksi untuk Israel Pekan Depan