Oleh: Ali Farkhan Tsani,S.Pd.I., Redaktur MINA, Pendidik dan Da’i.
Sungguh miris masalah akhlak generasi muda akhir-akhir ini. Ada pelajar yang menganiaya gurunya hingga tewas, ada anak tega melupakan orang tuanya, tawuran, minuman keras, pergaulan bebas, dan sejenisnya. Na’udzubillaah.
Ini bukan masalah sepele atau biasa. Bukan pula sekedar soal mental, karakter, tapi perihal akhlak.
Bukan ranah kognitif, pengetahuan, atau penjelasan semata. Namun lebih jauh lagi, yakni masalah akhlak.
Baca Juga: Komunisme, Ancaman bagi Peradaban
Akhlak, seperti menurut Ibnu Al-‘Arabi, adalah masalah tabiat, agama, dan kehormatan.
Ini menandakan akhlak ini tidak bisa dipisahkan dari agama Islam itu sendiri.
Demikianlah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun diutus untuk menyempurnakan akhlak. Seperti disebutkan di dalam hadits:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ
Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.” (HR Al-Baihaqi dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).
Baca Juga: Yuk Miliki Tujuh Amalan Hati
Pada redaksi hadits lain dikatakan:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ
Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak.” (HR Ahmad).
Kata makarim dan shalih yang melekat dengan kata akhlak menunjukkan tidak bisa dilepaskan di antara keduanya, yakni kebaikan, keshalihan dan kemuliaan menurut standar Islam.
Hadits ini berbicara tujuan diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia.
Baca Juga: Kiat Agar Selamat dari Empat Keburukan
Adapun gambaran proses untuk menuju kemuliaan dan keluhuran akhlak itu tergambar dalam perjalanan hidup Nabi atau Sirah Nabawiyyah.
Pada diri Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam itulah terkumpul nilai-nilai akhlak yang mulia. Seperti disebutkan di dalam ayat:
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ
Artinya: “Dan sesungguhnya engkau benar-benar memiliki akhlak yang agung.” (QS Al-Qalam [68]: 4).
Dalam kaitan ini, Taqiyuddin An-Nabhani menjelaskan bahwa akhlak merupakan bagian dari syari’at Islam. Karena itu, jika akhlak tidak dipahami sebagai sesuatu yang terikat dengan syariat, bisa jadi seseorang akan memuliakan dan menghormati penguasa kafir yang menistakan Islam dan kaum Muslimin secara nyata.
Baca Juga: Renungan Surah Ash-Shaff Ayat 2-3 bagi Wartawan sebagai Penyeru Kebenaran
Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebelum menerima wahyu sudah dikenal sebagai seorang pemuda yang jujur dan dapat dipercaya, hingga digelari Al-Amin. Namun, ketika berdakwah di tengah-tengah masyarakat Jahiliyyah, beliau menghadapi berbagai tantangan. Karena dakwah yang beliau sampaikan menyeru kepada akidah tauhidullah, penegakkan al-Islam di muka bumi.
Begitulah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam diutus ke muka bumi adalah dengan mengemban risalah yang agung, Dinul Islam yang merupakan manhaj bagi kehidupan.
Rasulullah diutus untuk menyempurnakan dan memperbaiki akhlak umat manusia, sekaligus sebagai contoh teladan yang baik. Hal ini, seperti firman Allah:
لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٌ۬ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأَخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرً۬ا
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS Al-Ahzab [33]: 21).
Baca Juga: Tadabbur Surat Al-Ahzab Ayat 56, Allah dan Malaikat Pun Bershalawat kepada Nabi SAW
Jika kita sebagai orang dewasa, orang tua, pendidik dan masyarakat ingin memperbaiki anak-anak kita, maka cara paling sempurna adalah dengan menanamkan nilai-nilai akhlak Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pada generasi anak-anak kita.
Bukan sekedar mengajarkan tanggal lahir, kapan hijrah dan seterusnya. Namun lebih pada hakikat akhlak Nabi. Bagaimana beliau mengajarkan rasa saling menghormati orang lain, saling menolong, kasih sayang, menjauhi perbuatan maksiat, dan sebagainya.
Pelajaran akhlak ini akan lebih hidup jika disampaikan melalui metode cerita atau kisah, baik langsung atau melalui film-film kisah Nabi.
Maka, sekolah-sekolah unggulan itu bukan sekedar mengedepankan kajian keilmuan dan teknologi yang mumpuni, penampilan fisik yang bagus, atau kualifikasi guru-guru yang kompeten. Namun jauh lebih mulia dan berharga adalah sangat memperhatikan masalah akhlak peserta didik, generasi harapan masa depan umat dan bangsa.
Baca Juga: Tujuh Perkara Penyebab Rusaknya Hati
Harapan kita tentunya dengan mewarisi akhlak Nabi itu, yang juga diteladankan oleh kita orang-orang dewasa, akan tumbuh generasi-generasi peradaban yang tangguh, berkarakter, berkualitas dan mencerahkan bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan dunia. Aamiin. (A/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Imaam Yakhsyallah: Allah Melaknat Manusia Dengan Empat Cara