Washington, 28 Rajab 1436/17 Mei 2015 (MINA) – Seorang peneliti Amerika Serikat, Michelle Dunne, mengatakan, sulit bagi Presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi untuk memperkuat pemerintahannya, karena perselisihan dengan kalangan militer, dengan kalangan bisnis, dengan kalangan politik sehingga undang-undang pemilu jadi tak menentu dan lain-lain.
Wanita peneliti ini menyampaikan pandangan kritisnya ini dalam konferensi tahunan Pusat Studi Islam dan Demokrasi di Washington. Demikian Middle East Monitor (MEMO) yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Ahad.
Michelle Dunne mengatakan, Mesir tidak memiliki apapun dari kehidupan politik sejak pemimpin kudeta Abdel Fattah Al-Sisi mengambil alih negara itu, tidak seperti situasi pada masa pemerintahan Presiden terpilih Muhammad Mursi yang digulingkan militer pimpinan Sisi.
Dunne menyorot juga masalah bisnis. “Terdapat perbedaan dalam kubu nasionalis yang dimulai sejak enam bulan sejak bencana letusan konflik serius antara Al-Sisi dan pelaku bisnis negara tersebut, disebabkan pajak dan undang-undang pemilu parlemen,” katanya.
Baca Juga: Presiden Venezuela: Bungkamnya PBB terhadap Gaza adalah Konspirasi dan Pengecut
Di samping itu ia juga menilai, mungkin ada perbedaan antara Al-Sisi dan angkatan bersenjata, serta badan keamanan.
“Kita perlu mengikuti terus keadaan ini untuk mengetahui ada apa di balik perselisihan ini,” katanya kritis.
Dunne menambahkan, isu-isu yang dihadapi Sisi tersebut membuat sulit bagi jendral itu untuk membangun memperkuat otoritas pemerintahan di Mesir, katanya.
Ini juga yang jadi alasan penundaan pemilihan anggota parlemen, tuturnya.
Baca Juga: Protes Agresi Israel di Gaza, Mahasiswa Tutup Perpustakaan Universitas New York
Dunne menjelaskan lebih lanjut, satu-satunya partai politik Islam yang mendukung pemerintah Al-Sisi hanyalah Partai Al-Nour dari gerakan salafi Mesir, yang akibatnya justru menghadapi penurunan tajam dalam popularitas.
Kalangan Liberal sebelumnya mendulung Sisi, tapi kini berbalik menentangnya. “Penentangan liberal membuat “keadaan Mesir berantakan” pada saat ini. Dan kalangan Liberal mengatakan menyesali telah mendukung Al-Sisi sebelum ini,” , kata pakar wanita tentang dunia Islam ini.
Sejumlah anggota oposisi berusaha bekerja, sedangkan yang lain telah pensiun dari politik. “Masih ada seorang dari kaum liberal pendukung Al-Sisi yang mencoba menggalang media massa mendukung pemerintahan Sisi, tapi penggalangan ini tak menampakkan hasil”, katanya mengungkapkan. (T/P002/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: AS Pertimbangkan Hapus HTS dari Daftar Teroris
Baca Juga: Mahasiswa Yale Ukir Sejarah: Referendum Divestasi ke Israel Disahkan