Tel Aviv, MINA – Pengadilan militer Israel di penjara Ofer memperpanjang penahanan pemimpin senior Jihad Islam Palestina (PIJ) berusia 62 tahun Bassam Al-Saadi selama enam hari, menurut pihak berwenang, Kamis (11/8).
Pemimpin Palestina itu dilaporkan terluka selama penangkapannya oleh pasukan Israel di Jenin pekan lalu, yang memicu eskalasi antara Israel dan sayap bersenjata PIJ di Gaza. Itu berakhir dengan 48 warga Palestina tewas, termasuk 15 anak-anak, sementara tidak ada warga Israel yang tewas akibat tembakan roket Palestina.
Pembebasan Bassam Al-Saadi adalah salah satu syarat kesepakatan gencatan senjata yang dicapai antara Israel dan PIJ setelah empat hari konfrontasi.
Persyaratan gencatan senjata juga termasuk pembebasan Khalil Awawdeh, 40 tahun, seorang tahanan Palestina yang melakukan mogok makan untuk memprotes penahanannya tanpa dakwaan selama 161 hari.
Baca Juga: Majelis Umum PBB akan Beri Suara untuk Gencatan Senjata ‘Tanpa Syarat’ di Gaza
“Bassam Al-Saadi tidak diberi perintah penahanan administratif, dia juga tidak didakwa apa pun sejauh ini,” kata Ayah Shreiteh, juru bicara Klub Tahanan Palestina kepada The New Arab.
“Saat ini status hukum Al-Saadi belum jelas. Kami belum bisa menebak apakah dia akan dibebaskan atau tidak. Tidak ada jaminan, sama seperti kasus Khalil Awawdeh yang belum dipindahkan ke rumah sakit,” katanya.
Dokter penjara memperingatkan pada Kamis bahwa kesehatan Awawdeh memburuk dengan cepat karena mogok makan dan dia harus segera dikirim ke rumah sakit.
Perpanjangan penahanan Al-Saadi dilakukan sehari setelah puluhan warga Palestina terluka oleh pasukan Israel di Tepi Barat dan Yerusalem, saat protes menentang pembunuhan empat warga Palestina oleh pasukan Israel di Nablus dan Jenin. (T/RI-1/P1)
Baca Juga: Sudah 66 Hari Israel Blokir Bantuan Kemanusiaan ke Gaza Utara
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Smotrich: Israel Tolak Normalisasi dengan Saudi jika Harus Ada Negara Palestina