Jakarta, 6 Muharram 1436/19 Oktober 2015 (MINA) – Di tengah klaim Intifadhah (perlawanan besar-besaran) ketiga sedang berlangsung di tanah pendudukan, Israel khawatir istilah tersebut memunculkan serangan revolusi dari rakyat Palestina, seorang pengamat mengatakan.
“Israel benar-benar khawatir meletusnya Intifadhah ketiga karena akan sangat mengancam keamanannya,” kata Ibrahim Rantau, pengamat di Indonesia Media Monitoring Center (IMMC), kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Senin.
Menurutnya, bukan hanya Israel yang khawatir akan istilah tersebut, namun juga pihak-pihak Palestina yang selama ini setuju dengan negosiasi dua pihak dengan Israel, karena menurut mereka Intifadhah berarti akan mengancam tercapainya kesepakatan damai.
“Namun sepakat atau tidak, kekerasan yang dilakukan oleh militer Israel, terutama di lingkungan Al-Aqsha pasti akan menyulut perlawanan dalam skala masif dari rakyat Palestina, entah disebut Intifadhah atau tidak,” ujarnya.
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
Sejak kemarin (18/10), Israel mulai mendirikan dinding di Al-Quds (Yerusalem timur) untuk melindungi lingkungan dan pemukim Yahudi dari serangan warga Palestina di tengah berkecamuknya kekerasan dari kedua pihak.
Kekejaman otoritas Israel dan serbuan berulang terhadap kompleks Masjid Al-Aqsha lebih dari dua pekan oleh polisi dan warga Yahudi, memicu serangan bom molotov dan batu kerap dilancarkan dari sebuah desa Palestina yang berdekatan dengan lingkungan Yahudi.
Puluhan korban telah berjatuhan dari kedua pihak, di mana mayoritas yang menjadi korban tembakan serangan Israel adalah remaja, sementara warga Palestina yang melakukan perlawanan kepada tentara Israel maypritas menggunakan batu atau alat seadanya.(L/R04/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka