Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

PENGAMAT: WNI YANG BERPERANG KE SURIAH MASIH BISA DIBINA

Rudi Hendrik - Jumat, 20 Maret 2015 - 21:26 WIB

Jumat, 20 Maret 2015 - 21:26 WIB

455 Views

Pengamat konspirasi Zionis, Joserizal Jurnalis, menjelaskan peta konflik Suriah dan Irak, di Kafe Horapa Menteng, Jakarta, Jumat 20 Maret 2015. (Foto: Rudi/MINA)

ISIS-300x200.jpg" alt="Pengamat konspirasi Zionis, Joserizal Jurnalis, menjelaskan peta konflik Suriah dan Irak, di Kafe Horapa Menteng, Jakarta, Jumat 20 Maret 2015. (Foto: Rudi/MINA)" width="300" height="200" /> Pengamat konspirasi Zionis, Joserizal Jurnalis, menjelaskan peta konflik Suriah dan Irak, di Menteng, Jakarta, Jumat 20 Maret 2015. (Foto: Rudi/MINA)

Jakarta, 29 Jumadil Awwal 1436/20 Maret 2015 (MINA) – Menanggapi wacana pencabutan kewarganegaraan Warga Negara Indonesia (WNI) yang bergabung dengan kelompok bersenjata Islamic State atau ISIS di Suriah dan Irak, beberapa pengamat menyatakan tidak sepakat tentang hal itu.

WNI masih lebih lembut (karakternya) dibandingkan dengan orang Timur Tengah, saya yakin masih bisa dibina, jangan dicabut kewarganegaraannya,” kata pengamat konspirasi Zionis, Joserizal Jurnalis dalam forum diskusi di Jakarta, Jumat (20/3).

Pada kesempatan yang sama, Pengamat Politik Timur Tengah dari Universitas Islam Negeri Jakarta, Alimun Hanif, mengatakan wacana pencabutan kewarganegaraan sulit dilaksanakan.

Menurutnya, tidak ada kasus di negara-negara dunia yang mencabut kewarganegaraan warganya jika bergabung dengan kelompok bersenjata di Timur Tengah.

Baca Juga: MUI Tekankan Operasi Kelamin Tidak Mengubah Status Gender dalam Agama

“Yang ada adalah membunuhnya secara perdata, yaitu dengan mencabut hak-haknya sebagai warga negara. Dulu jaman komunis, cukup dicap sebagai komunis tapi tidak dicabut kewarganegaraannya,” ujar Alimun.

Pada hari yang sama, salah satu pimpinan ormas Nahdlatul Ulama KH. Masdar Farid Mas’udi mengatakan, hal itu harus dikembalikan kepada “aturan main” di Indonesia.

“Kalau ada undang-undangnya, lakukan. Tapi jika tidak ada undang-undangnya, jangan laksanakan,” katanya.

Dalam acara diskusi yang membahas tentang WNI yang bergabung dengan ISIS itu, dihadiri pula oleh mantan Presiden ISIS regional Indonesia, Chep Hernawan.

Baca Juga: Prof. El-Awaisi Serukan Akademisi Indonesia Susun Strategi Pembebasan Masjidil Aqsa

Nama Ketua Umum Gerakan Reformis Islam (Garis) itu mencuat lagi karena Wakil Kepala Kepolisian RI Komisaris Jenderal Badrodin Haiti menyebutkan, keberangkatan 16 warga negara Indonesia yang ditangkap pemerintah Turki lantaran hendak menyeberang ke Suriah, dibiayai oleh orang Indonesia.

Badrodin memang tidak menyebutkan nama si penyandang dana keberangkatan WNI yang akan bergabung dengan ISIS ini. Tapi Chep mengaku sudah memberangkatkan 156 warga Indonesia ke Suriah untuk berperang di bawah bendera ISIS.

Menurut Chep, ia memberangkatkan bakal anggota milisi ISIS itu secara bertahap sejak April tahun lalu. Ia menyatakan tak merekrut mereka. “Mereka yang datang sendiri ke sini untuk diberangkatkan,” katanya. (L/P001/R05)

 

Baca Juga: Syeikh Palestina: Membuat Zionis Malu Adalah Cara Efektif Mengalahkan Mereka

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Sebanyak 40 warga negara Indonesia (WNI) dan satu warga negara asing (pasangan WNI) kembali berhasil dievakuasi dengan selamat dari Lebanon dan tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang pada Senin (7/10/2024) (Foto: Infomed Kemlu RI)
Indonesia
Indonesia
Internasional
Indonesia
Internasional