London, MINA – Pengecer besar Inggris, Wilko, mengatakan, pihaknya terpaksa menutup semua tokonya di seluruh negeri pada awal Oktober, di tengah meningkatnya inflasi dan krisis biaya hidup di Inggris yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Menurut pengumuman yang dibuat hari Senin (11/9), keputusan tersebut akan menyebabkan lebih dari 10.000 staf diberhentikan setelah pembicaraan terakhir mengenai kesepakatan penyelamatan dengan pemilik jaringan toko musik HMV gagal. Press TV melaporkan.
“Walaupun ada upaya yang ekstensif, menjadi jelas bahwa tidak ada bagian penting dari operasi Wilko yang dapat diselamatkan,” kata PricewaterhouseCoopers (PwC), sebuah perusahaan audit dan jaminan multinasional Inggris, yang telah mengambil alih sebagai administrator perusahaan ritel anggaran milik keluarga tersebut.
PwC mengonfirmasi bahwa 124 toko Wilko akan ditutup pada tanggal 21 September, sementara waktu penutupan 222 toko lainnya belum diumumkan. Operasi pusat distribusi perusahaan diperkirakan akan ditutup pada hari Jumat (15/9).
Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan
Wilko, yang dimulai sebagai toko perangkat keras pada tahun 1930, mengumumkan keruntuhannya pada tanggal 10 Agustus, sehingga membahayakan 12.500 pekerjaan.
Mereka menyalahkan “inflasi yang sangat tinggi” di Inggris dan tingkat suku bunga yang mempengaruhi bisnis dan konsumen sebagai alasan utama di balik keputusan tersebut.
Analis pasar juga menegaskan bahwa perusahaan tersebut telah menyerah pada lingkungan ekonomi Inggris yang lebih sulit dan krisis biaya hidup yang didorong oleh tingginya inflasi dan serangkaian kenaikan suku bunga. (T/RI-1/P1)
Baca Juga: Setelah 20 Tahun di Penjara, Amerika Bebaskan Saudara laki-laki Khaled Meshaal
Mi’raj News Agency (MINA)