Nuklir tidak hanya berfungsi sebagai sumber energi alternatif utama ataupun sebagai senjata pemusnah massal. Saat ini dunia medis tengah memanfaatkan teknologi nuklir untuk menangani beberapa penyakit kritis, seperti kanker dan gangguan ginjal.
Menurut Cahyono, Subdit Kelistrikan Reaktor Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), tenaga nuklir di BATAN salah satunya telah digunakan untuk penanganan penyakit kanker.
Dia menyatakan, selama ini Indonesia memanfaatkan reaktor serbaguna GA Siwabessy (RSG-GAS) yang terletak di kawasan Pusat Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Serpong (Puspitek Serpong) untuk kegiatan produksi radioisotop.
Di kawasan yang dibangun sejak 1987 itu berdiri salah satu dari tiga pusat reaktor nuklir di Indonesia, selain di Bandung dan Yogyakarta.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Saat menerima kunjungan rombongan peserta seminar nasional tentang nuklir yang digelar atas kerjasama Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI), Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan BATAN ke RSG-GAS, Jumat 28/11, Cahyono juga mengatakan, jika hampir semua kebutuhan radioisotop untuk rumah sakit di Indonesia bergantung pada reaktor berkapasitas 30 megawatttermal itu.
Saat ini, sekitar 15 RS di Indonesia menggunakan radioisotop, di antaranya RS Adam Malik (Medan), RS M Djamil (Padang), RS Hasan Sadikin (Bandung), RS Gatot Subroto, RS Abdi Waluyo, RS Cipto Mangunkusumo, RS Kanker Darmais, RS Harapan Kita, RS Pertamina.
Selama ini, uranium sebagai bahan bakar reaktor nuklir itu dibeli dari Amerika dan Perancis.
“Bahan bakar reaktor nuklir yang digunakan adalah Uranium 235 yang diperkaya 20 %. Jadi, bahan dasar Uranium yang dibeli dari Amerika Serikat dan Perancis kemudian diolah dulu di tempat pembentukan bahan bakar reaktor yang sudah dibentuk,” ujar Cahyono.
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Radioisotop atau radionuklida adalah isotop dari zat radioaktif. Radionuklida mampu memancarkan radiasi. Radioisotop dapat terjadi secara alamiah atau sengaja dibuat oleh manusia dalam reaktor penelitian.
Produksi radionuklida dengan proses aktivasi dilakukan dengan cara menembaki isotop stabil dengan neutron di dalam kolam reaktor. Proses ini lazim disebut irradiasi neutron, sedangkan bahan yang disinari disebut target atau sasaran.
Neutron yang ditembakkan akan masuk ke dalam inti atom target sehingga jumlah neutron dalam inti target tersebut bertambah. Peristiwa ini dapat mengakibatkan ketidakstabilan inti atom sehingga berubah sifat menjadi radioaktif.
Sementara untuk penanganan limbah radiasi nuklir di bidang kesehatan, khususnya kedokteran nuklir berupa urine, kapas, jarum suntik dan lain-lain dikirim ke BATAN.
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Hal ini membuktikan bahwa secara teknologi Indonesia mampu menguasai teknologi nuklir, dimulai dengan pemanfatan untuk bidang kedokteran. Kini Pemerintahan Djokowi-JK makin gencar mengembangkan energi alternatif dan salah satunya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. BATAN bisa memainkan peranan besar di sini. (L/R05/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh