Pengusaha Frozen Food di Lampung Ajak Pemuda Jadi Pengusaha

Ari Irawan saat menjadi narasumber pada Tabligh Kabar Syubban dan Fatayat Jama'ah Muslimin(Hizbullah) Wilayah Lampung di Lampung Timur. (Photo: Habib/MINA)

Lampung Timur, MINA – Jadi narasumber pada Tabligh Akbar yang dihadiri oleh ratusan pemuda pemudi yang berasal dari berbagai daerah di Lampung, pengusaha Frozen Food dan Somay Galo-Galo, Ari Irawan mengajak para pemuda untuk .

Pada Tabligh Akbar yang digelar di Masjid At-Taqwa, Kompleks Madrasah , Kecamatan Melinting, Lampung Timur, Sabtu (29/4), Ari Irawan yang juga sebagai Amir Majelis Pendampingan Usaha Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Wilayah Lampung mengajak jadi pengusaha bukan tanpa alasan.

“Kekayaan di dunia ini 16 Juta Triliun. Penduduk dunia di November 2022 sebanyak 8 miliar. Kalau dibagi rata kepada 8 miliyar orang, 1 orang kebagian 2 M. Adil gak? Gak adil,” katanya.

“Tapi kenyataannya, pembagian uang itu tidak sama di seluruh dunia. Indonesia penduduknya 270 Juta orang, uang yang beredar dikuasai oleh 5% aja. Siapa yang menguasai? Yang menguasai adalah pengusaha,” tuturnya.

Ia mengatakan, wirausaha itu sebagian besar pasti membicarakan tentang uang. Bagaimana kalau kita tidak mempunyai uang, tidak mendapat uang, tidak menghasilkan, tidak bisa menarik uang. Banyak dari kita tidak mengerti uang.

Kalau kita mau generasi kita jadi wirausaha yang tangguh, ajari mereka untuk mengelola uang, belajar bertanggung jawab atas uang yang dipegangnya. Abis jajan apa, sisanya berapa, dididik sejak kecil mengelola uang,” katanya.

“Ada pengalaman, saya membina pengusahaan yang dari kecil tidak mengendalikan uang. Penghasilan 10 juta, akhir bulan tinggal sisa 100 ribu, bagaimana dia bisa buat uang itu di awal bulan nanti jadi 10 juta. Dia tidak tahu, kemana uangnya, Tiba-tiba habis untuk pengeluaran, apalagi untuk jadiin 100 juta,” ujarnya.

Maka, lanjutnya, pendidikan tentang managemen keuangan harus kita ajarkan. Pengusaha yang tidak bisa mengatur uang, pasti bangkrut. Kita bicara kemandirian, tidak ada minyak, pusing karena kita tidak bisa produksi sendiri, padahal jika bisa kita akan bergantung pada usaha diri sendiri, tidak lagi berganti pada usaha orang lain.

“Kenapa kita pusing? karena pupuk langka, kita ga bisa buat pupuk. Kita ga punya cabe karena kita ga bisa nanem cabe. Siapa yang bikin itu langka? pengusaha yang mengatur. Yang ngurusi hutan juga pengusaha. Bagaimana ribuan jutaan hektar sawit bisa diatur, bisa terus berjalan itu pengusaha yang olah,” tuturnya.

Selain itu, Ari juga menerangkan, Wirausaha juga bicara tentang kebermanfaatan. Pengusaha yang berhasil akan membangun kemandirian ekonomi, seperti mampu memenuhi kebutuhan bahan baku, kebutuhan pokok. Dia akan menyerap tenaga kerja, di sisi lain tentu jadi mengurangi pengangguran.

“Pengusaha itu ga ada matinya. PNS pensiun, pejabat jabatannya bisa habis. Pengusaha bisa kita delegasikan ke orang lain, usahanya tetap punya kita. PNS jabatannya kita kasih orang lain, ya bukan punya kita lagi. Coca cola, sariwangi, itu ratusan tahun, masih ada sampai sekarang. Semua pengusaha yang sukses berawal dari nol yang memang dibangun dibarengi dengan ilmu dan pengalaman dalam prosesnya,” katanya.

“Di Indonesia, pengusahanya tidak sampai 5 persen, padahal kalau mau kita berkembang maju sebagai negara, pengusahanya seperti di Jerman, itu sampai 14 persen masyarakatnya pengusaha. Untuk jadi pengusaha tidak perlu bergelar, tapi dalam prakteknya perlu ilmu, tak perlu belajar di ruang kuliah, tapi dalam prosesnya perlu guru,” tutupnya. (L/R12/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Habib Hizbullah

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.