Damaskus, MINA – Tim penyelidik serangan kimia dari Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) telah diterjunkan ke lapangan di kota Douma, mulai Ahad (15/4).
Namun, tim inspektur penyelidikan akan mengalami tugas sulit, sebab sebelum tim memperoleh hasil, semua pemain kunci di konflik Suriah mengaku sudah menemukan temuan mereka masing-masing.
Sejak awal laporan terjadinya serangan senjata kimia di Douma, kota pinggiran timur Damaskus, 7 April, Pemerintah Suriah telah membantah keras pasukannya melakukan serangan kimia.
Sementara Rusia, sekutu utama Pemerintah Suriah, menuding berita serangan kimia adalah “berita palsu”.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Berbeda dengan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya yang mengklaim telah memiliki bukti bahwa Suriah melakukan serangan kimia, yang kemudian membenarkan serangan mereka terhadap tiga situs di Suriah sepekan kemudian.
“Kami memiliki bukti bahwa minggu lalu, sekarang 10 hari yang lalu, senjata kimia digunakan, setidaknya dengan klorin, dan digunakan oleh rezim Bashar Al-Assad,” kata Presiden Perancis Emmanuel Macron sebelum militernya bersama AS dan Inggris menyerang Suriah pada Sabtu (14/4).
Tim OPCW juga harus menghadapi risiko bahwa bukti mungkin telah dihapus dari lokasi yang telah dikendalikan oleh polisi militer Rusia dan pasukan Suriah selama sepekan terakhir.
“Kemungkinan itu selalu harus diperhitungkan dan penyelidik akan mencari bukti yang menunjukkan apakah lokasi kejadian telah dirusak,” kata Ralf Trapp, konsultan dan anggota dari misi OPCW sebelum ke Suriah.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
OPCW menyatakan bahwa persediaan senjata kimia Pemerintah Suriah telah dihapus pada tahun 2014.
“Kami akan memastikan mereka dapat bekerja secara profesional, obyektif, tidak memihak dan bebas dari tekanan apa pun,” kata Asisten Menteri Luar Negeri Suriah Ayman Soussan. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata