Peran Generasi Milenial dalam Merawat Indonesia

Oleh: Dede Prandana Putra /(Alumni Pendidikan dan Kewarganegaraan UNP/Mahasiswa Kajian Ketahanan Nasional UI)

“Berikan aku seribu orang tua, akan ku cabut semeru sampai ke akar-akarnya. Berikan aku sepuluh pemuda, maka akan ku guncang dunia,” (Ir. Soekarno-Presiden RI Pertama)

Suka atau tidak suka, saat ini bangsa dihadapkan dengan kebangkitan . Generasi Milenial atau Generasi Z (kelahiran tahun 1995-2010) tumbuh subur mulai dari pelosok desa hingga pusat kota yang mempengaruhi setiap sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Generasi Milenial merupakan kumpulan anak muda yang sangat memiliki semangat tinggi dalam kehidupannya. Walau kita tidak bisa menutup mata karena banyak juga yang ‘meleset’ disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kemiskinan, pendidikan dan pola pikir yang salah berakibat kepada pergaulan yang tidak benar.

Menurut Buya Mas’oed Abidin, tantangan generasi Milenial sekarang antara lain infiltrasi dan penetrasi budaya sekular yang menjajah mentalitas manusia, seperti the globalization life style serta suburnya budaya ‘lucah’ yang menonjolkan keindahan sebatas yang dilihat, didengar, dirasa, disentuh, sensual, erotic, seronok atau sikap hedonis, kadang-kadang ganas (anarkis), dengn kebiasaan menenggak miras, pergaulan bebas, dan kecanduan mandat serta narkoba. Hal tersebut terjadi karena mengabaikan batasan-batasan perilaku luhur yang telah menjadi “kesadaran kolektif di dalam pergaulan masyarakat berupa seperangkat aturan dalam menata kehidupan bersama.”

Dalam tulisan ini, saya tidak dalam posisi mengkritik pemerintah agar para generasi Milenial yang sudah menjadi “lost generation” dikembalikan lagi kepada posisi yang seharusnya. Toh, saya yakin sudah berpuluh bahkan beratus tulisan sejenis yang tentu tulisan tersebut lebih bagus dari yang saya buat. Saya lebih tertarik untuk membahas tentang bagaimana generasi Milenial dapat berperan dalam merawat Indonesia.

Kita tidak perlu takut apalagi sampai kehilangan optimisme dengan fakta-fakta negatif generasi Milenial. Karena kita harus selalu optimis bahwa masih banyak di luar sana generasi Milenial yang belum terkontaminasi pergaulan bebas seperti yang diasosiasikan oleh Buya Mas’oed Abidin diatas.

Sebelum generasi Milenial dapat berperan, salah satu kuncinya adalah meningkatkan kapasitas diri. Upaya meningkatkan kapasitas diri dapat dilakukan dengan cara terlebih dahulu mengubah pola pikir. Jika selama ini generasi Milenial ‘kelihatan’ malas untuk menganalisa sesuatu secara komprehensif, maka sudah saatnya hal tersebut diubah.

Apalagi zaman teknologi yang bersaing dengan waktu, sangat diperlukan generasi Milenial yang bijak terhadap sesuatu yang menjadi konsumsi publik sehingga hasilnya adalah kita tidak menemukan generasi Milenial menjadi penyebar isu, gosip serta hoax.

Merawat Indonesia, Menjaga Keberagaman

Saya sangat suka kutipan Gus Dur, bahwa Indonesia ada karena keberagaman. Jauh sebelum Indonesia ada, telah terlebih dahulu keberagaman itu ada. Dari Sabang sampai Merauke, Miangas sampai Pulau Rote yang terbentang telah membentuk Indonesia yang memilki keberagaman suku, agama, ras, budaya, dan bahasa.

Keberagaman seperti pisau bermata dua. Selain dapat menjadi kekayaan sumber daya juga dapat memicu terjadinya konflik, baik horizontal atau pun vertikal. Berbagai peristiwa yang dilatarbelakangi oleh keberagaman pun pernah dialami bangsa ini.

Agar Indonesia dapat dirawat dengan baik dan keberagaman dapat dijaga, maka sangat diperlukan peran generasi Milenial. Generasi Milenial sebagai representasi anak muda selalu dituntut untuk menjadi lokomotif perubahan.

Tuntutan tersebut sangatlah masuk akal. Sebagai orang yang memiliki jiwa dan semangat tinggi, tak menjadi masalah apabila anak muda berada pada posisi terdepan dalam pembangunan bangsa dan negara.

Generasi Milienal dapat meneladani tokoh bangsa dan pemimpin yang benar. Generasi Milenial harus mampu untuk memilih dan memilah perkembangan tekonologi dengan cerdas. Generasi Milenial adalah benteng terakhir untuk merawat Indonesia dan menjaga keberagaman.

Pancasila sebagai Jalan Tengah

Tidak cukup sampai di situ, upaya merawat Indonesia dan menjaga keberagaman adalah dengan mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Generasi Milenial harus bisa mengamalkan nilai-nilai Pancasila yang tiap sila di dalamnya adalah dengan menyelami ragam intisari kehidupan di Indonesia.

Ya, Pancasila memang digali dari nilai-nilai khas Indonesia yang tidak hanya sesuai dengan kondisi bangsa, tapi juga mewakili semangat dan cita-cita kebangsaan. Pancasila hadir sebaga jalan tengah dari semua tawaran ideologi yang muncul.

Terbukti sampai sekarang Pancasila masih kokoh berdiri menyatukan ragam perbedaan. Di tengah berbagai gelombang zaman, Pancasila terus memperlihatkan kesaktiannya menjaga NKRI dari berbagai upaya perpecahan.

Mengingat Pancasila adalah ideologi bangsa dan negara, maka sangat perlu dirawat bersama. Nah, sangat ditunggu peranan generasi Milenial untuk terus menjaga Pancasila. Generasi Milenial inilah yang diharapkan menjadi jawaban dan sanggup menghadirkan senyum cerah para pendiri bangsa.

Generasi Milenial memikul tanggungjawab kebangsaan untuk terus merawat Indonesia, menjaga keberagaman serta mengawal Pancasila demi melanjutkan cita-cita para pendiri bangsa. (A/R07/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.