Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peran Kepala Rumah Tangga dalam Menggerakkan Generasi Pembebas Al-Aqsa

Redaksi Editor : Ali Farkhan Tsani - 4 jam yang lalu

4 jam yang lalu

7 Views

Pelukan ayah akan jadi modal bagi kebaikan anak (foto: ig)

Oleh Rohmah Solihah, aktivis Muslimah Learning Center (MLC) Jawa Barat

KEPALA rumah tangga memegang peran penting dalam membentuk karakter anak-anak yang sadar akan kemuliaan Masjidil Aqsa. Kepala rumah tangga bukan hanya pencari nafkah, tetapi juga pemimpin spiritual, penanam nilai perjuangan, dan teladan dalam kehidupan. Dari keluarga yang dibimbing dengan iman dan pendidikan Islam, lahirlah generasi yang paham bahwa mereka bagian dari amanah besar umat.

Masjidil Aqsa bukan sekadar bangunan bersejarah, tapi simbol kehormatan umat Islam sepanjang zaman. Di tanah suci itu terukir jejak dakwah para nabi, mulai dari Nabi Ibrahim, Nabi Ishaq, Nabi Yaqub, Nabi Dawud, Nabi Sulaiman, Nabi Zakaria, hingga Nabi Yahya dan Nabi Isa.

Mengenalkan sejarah para nabi tersebut kepada anak-anak adalah cara membangun identitas, menumbuhkan kepedulian, dan menyadarkan akan tanggung jawab keummatan. Dan itu ada di pundak kepala rumah tangga.

Baca Juga: 7 Cara Muslimah Sejati Mengendalikan Cinta Dunia

Ayah yang sadar peran ini akan membimbing anak-anak tumbuh dengan arah yang jelas. Ia mengenalkan kondisi umat hari ini dari Gaza yang masih dijajah, hingga saudara-saudara Muslim yang tertindas akibat perang, kemiskinan, dan krisis kemanusiaan. Ia menanamkan empati dan semangat berkontribusi, melalui keteladanan dan aksi nyata dalam keseharian.

Sejarah mencatat pemuda-pemuda seperti Usamah bin Zaid, Amr bin Ash, dan Khalid bin Walid sebagai ujung tombak pembebasan Syam dan Baitul Maqdis. Mereka dibesarkan dengan iman, visi, dan keberanian. Kemenangan di Perang Ajnadain dan Yarmuk adalah bukti kekuatan generasi yang dibina dengan semangat dakwah.

Dari rumah yang dipimpin dengan kesadaran Islam, lahir anak-anak yang tidak hanya saleh dalam ibadah, tetapi juga peduli terhadap umat. Mereka tumbuh membawa misi, bukan sekadar ambisi pribadi. Semua itu dimulai dari seorang ayah yang hadir, membimbing, dan menanamkan cita-cita besar: menjadi bagian dari pembebas Baitul Maqdis.

Berikut Bagaimana Cara Mendidik Generasi Pembebas Baitul Maqdis:

Baca Juga: Muslimah Sejati Tak Hanya Menutup Aurat, Tapi Menjaga Lisan dan Hati

  1. Peran Utama Kepala Keluarga

Kepala keluarga memegang peran penting dalam perjuangan umat, termasuk pembebasan Baitul Maqdis. Perjuangan ini dimulai dari rumah, dengan menanamkan nilai keimanan, kepedulian, dan semangat perjuangan kepada anak-anak. Ia bukan hanya pencari nafkah, tetapi juga pemimpin spiritual dan teladan moral yang membentuk karakter keluarga.

Tanggung jawab utama kepala keluarga meliputi pemberian pendidikan, keamanan, dan keselamatan. Ia harus memimpin dengan adil, melindungi dengan kasih sayang, dan membangun rumah tangga yang harmonis dan bernilai Islami. Kepemimpinan ini menjadi dasar dalam mencetak generasi yang kuat secara iman dan akhlak.

Keluarga adalah madrasah pertama bagi anak-anak. Kepala keluarga wajib membimbing istri dan anak-anak dalam ibadah serta menjauhi maksiat. Dari keluarga inilah akan lahir generasi yang saleh dan peduli terhadap nasib umat, termasuk pembebasan tempat suci seperti Baitul Maqdis.

  1. Makna Baitul Maqdis dan Al-Aqsha

Masjid Al-Aqsha adalah simbol kehormatan umat Islam dan salah satu dari tiga masjid suci utama. Terletak di Yerusalem (Al-Quds), masjid ini menjadi titik akhir perjalanan Isra’ Nabi Muhammad ﷺ sebelum Mi’raj ke langit untuk menerima perintah salat. Tempat ini memiliki kedudukan tinggi dalam sejarah dan keimanan umat Islam.

Baca Juga: Muslimah dan Amanah Pembebasan Baitul Maqdis

Selain sebagai tempat Isra’, Masjid Al-Aqsha menyimpan jejak dakwah para nabi seperti Ibrahim, Musa, Dawud, dan Sulaiman. Nabi Ibrahim menjadikannya tempat ibadah, dan Nabi Musa memimpin Bani Israil menuju Tanah Kan’aan yang diberkahi Allah. Para nabi lainnya juga menyebarkan ajaran tauhid di wilayah ini, menjadikan kawasan tersebut pusat spiritual yang kaya.

Memahami sejarah dan nilai spiritual Masjid Al-Aqsha sangat penting bagi generasi muda agar mereka tumbuh dengan kecintaan yang kuat dan rasa tanggung jawab untuk menjaga serta melestarikan warisan suci ini. Pengetahuan ini tidak hanya menguatkan identitas keislaman, tapi juga menumbuhkan semangat kebanggaan dan perlindungan terhadap situs suci umat Islam.

Allah Subḥānahu wa Taʿālā berfirman:

 سُبْحَانَ ٱلَّذِيٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًۭا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَى ٱلَّذِي بَـٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَـٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ

Baca Juga: 7 Cara Muslimah Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian

 “Mahasuci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjid Al-Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.” (Q.S. Al-Isra’ [17]: 1)

Baitul Maqdis yang berarti “rumah kesucian,” dan Al-Aqsha yang berarti “yang paling jauh,” menggambarkan status suci dan keberkahan tempat ini. Nama-nama tersebut menegaskan betapa pentingnya Masjid Al-Aqsha dalam sejarah dan spiritual umat Islam, yang harus selalu dijaga dan dihormati oleh seluruh umat muslim di dunia.

  1. Menumbuhkan Kesadaran Umat

Anak-anak perlu dikenalkan pada kondisi umat Islam saat ini, seperti penderitaan yang dialami saudara-saudara kita di Gaza dan wilayah lain yang dilanda konflik dan penjajahan. Dengan memahami realita ini, mereka dapat tumbuh dengan empati dan kesadaran akan pentingnya solidaritas sesama Muslim.

Penanaman nilai empati harus dimulai sejak dini, bukan hanya melalui ucapan, tapi juga lewat contoh nyata dalam keseharian. Mengajak anak-anak berdiskusi, berdonasi, atau mendoakan sesama adalah langkah sederhana namun bermakna dalam membentuk karakter peduli dan bertanggung jawab.

Baca Juga: Muslimah yang Menginspirasi: Menghadapi Fitnah Era Modern dengan Wibawa

Krisis yang terjadi di Gaza justru membangkitkan kesadaran umat Islam di berbagai belahan dunia. Bahkan di Barat, semakin banyak yang menyadari pentingnya membela keadilan. Ketika umat bergerak bersama dengan visi yang sama, akan lahir kekuatan besar untuk perubahan yang lebih baIslam

  1. Keteladanan Pejuang Muda Islam

Usamah bin Zaid, Amr bin Ash, dan Khalid bin Walid adalah sosok pemuda yang turut berperan besar dalam pembebasan Syam dan Baitul Maqdis. Mereka membuktikan bahwa generasi muda mampu memimpin perjuangan besar ketika dibina dengan iman yang kuat, visi yang jelas, dan semangat dakwah yang tinggi.

Sa’d bin Abi Waqqash memeluk Islam di usia 17 tahun dan menjadi orang pertama yang menembakkan panah di jalan Allah. Keberanian dan keteguhan imannya menunjukkan bahwa usia muda bukanlah penghalang untuk berkontribusi dalam perjuangan dan membela kebenaran.

Pemuda masa kini dapat meneladani semangat para sahabat muda tersebut, seperti keberanian, kecerdasan, amanah, kekuatan fisik, dan semangat perjuangan yang tinggi. Dengan menanamkan nilai-nilai itu, pemuda dapat menjadi kekuatan utama dalam menjaga moralitas, membela kebenaran, dan membangun peradaban yang lebih baik.

Baca Juga: Muslimah Tangguh: Berilmu, Aktif, dan Menjaga Akhlak di Akhir Zaman

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا

 “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” (QS. At-Tahrim [66]: 6)

Ayat ini menegaskan tanggung jawab kepala keluarga dalam membina diri dan keluarganya dengan iman, sejalan dengan misi membentuk generasi yang saleh, peduli umat, dan siap mengemban amanah besar, termasuk pembebasan Baitul Maqdis.

Baca Juga: Ketika Tulisan Jadi Ladang Pahala bagi Muslimah

  1. Membangun Generasi Bermisi

Anak-anak perlu tumbuh bukan hanya dengan kesalehan pribadi, tetapi juga dengan kepedulian terhadap nasib umat. Kepedulian ini dibentuk melalui bimbingan seorang ayah yang memimpin keluarganya dengan visi Islam yang jelas, serta menanamkan semangat perjuangan sejak dini, termasuk misi besar pembebasan Baitul Maqdis.

Semangat juang generasi awal Islam, seperti para sahabat di abad pertama Hijriah, lahir dari iman yang kokoh dan keyakinan pada janji Allah. Yerusalem atau Baitul Maqdis menjadi simbol perjuangan para nabi dan sahabat. Mengenalkan sejarah dan kemuliaan tempat ini akan menumbuhkan identitas, keberanian, dan rasa tanggung jawab dalam diri generasi muda.

Lalu, apa yang bisa kita lakukan? Mulailah dengan membaca dan memahami sejarah Baitul Maqdis serta kondisi umat Islam hari ini, khususnya di Palestina. Jika generasi muda meneladani semangat Abu Ubaidah bin Jarrah dan para pejuang Islam terdahulu, insyaAllah kemenangan Al-Quds tinggal menunggu waktu.

Mendidik generasi pembebas Baitul Maqdis adalah bagian dari peran strategis keluarga Muslim dalam membangun masa depan umat. Dari rumah yang dipimpin oleh ayah yang memahami visi Islam dan tanggung jawab keummatan, lahir anak-anak yang tidak hanya taat beribadah, tetapi juga memiliki kepedulian terhadap kondisi umat dan cinta terhadap Masjid Al-Aqsha.

Baca Juga: Muslimah Tangguh di Era Modern: Kreatif, Aktif, dan Tetap Terjaga

Baitul Maqdis bukan hanya situs sejarah, tapi simbol kehormatan dan persatuan Islam. Menanamkan kecintaan dan tanggung jawab terhadapnya adalah bagian dari membentuk jati diri generasi muda. Maka, mari jadikan keluarga kita sebagai tempat tumbuhnya generasi yang siap meneruskan perjuangan para nabi dan sahabat, demi kembalinya kejayaan Al-Quds dalam naungan iman. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Jejak Muslimah Inspiratif: Maemuna Center, Dari Ketulusan Hati untuk Gaza

Rekomendasi untuk Anda

Khadijah
Kolom
Kolom
Tausiyah